Jumat, 21 November 2008

Puisi-Puisi Ni Made Purnamasari

jurnalnasional.com
SEUSAI SUNYI
: Rilke

Di dunia ini,
ada lampu yang kehilangan warna,
ada labirin untuk jejak langkah
yang bahagia.
Tapi di ujung titik,
hanya ada kata-kata
dan hampa yang percuma.

Di dunia ini,
ada gadis-gadis yang menyamar cermin,
ada cium yang meniru malaikat salju.
Tapi di antara koma,
malam-malam jadi selimut tua
dan dingin jadi dingin yang biasa.

Di dunia ini,
mungkin semua biasa.
Juga bagi seekor lebah
yang menggantung di sudut ruang,
yang mendengungkan murung
untuk udara yang tak tembus cahaya.

Dan di dunia ini,
ada pendulum waktu
yang tak punya kilau biru,
bergerak pelan
hingga yang hampa
sampai ke batas cahaya.

Juli 2007



JEMBATAN KOTA

Sehelai sakura jatuh di langit biru.

Ada riak kecil, sesaat menghilang
ditiup gelombang angin
Siapakah yang memberi nama
untuk semua burung camar
yang melayang hampa?

Barangkali payung seorang gadis
yang menunggu di jembatan
atau ilusi yang menyamar ranting pohon

Seandainya semua bisu
sebelum langit menjelma biru
bisakah lonceng bergema tiga kali
dan ribuan sakura berjatuhan?

Tapi hanya sehelai sakura
yang jatuh di langit biru
dan payung tertutup
Langkah kaki yang lincah
bergegas di jembatan

Bukan ia
yang memberi nama untuk semua hampa.

Maret 2007



SAJAK AGUSTUS

Ada batu di sungai
Sendiri di air
Siapakah ia
pertapa atau cuma
seekor ikan durhaka?

Sebuah ranting terjatuh
terbawa arus
adakah ia
untuk kita?
Sebuah sampan nelayan
tak pergi ke hulu
atau ke tepian yang teduh
mengayuh menempuh buih

Kita tak punya sampan
atau kata-kata
Cuma punya tanya
sungai mengalir, entah ke muara
atau ke laut yang sia-sia.

Ada batu di sungai
dan ranting kayu
menolak terbawa arus

Agustus 2006



SEBUAH JALAN DI KLUNGKUNG

Tokoh kartun adikku meremas roti.
Sebuah tokoh linglung
dengan sekeping uang di saku
koin pemberian ibu.

Ada banyak pohon cemara
seperti dalam sajak masa kecilnya
yang penuh awan putih
sesekali tercerai
karena angin dan cahaya matahari
Tetapi tak ada sarang burung mungil
yang sendirian menunggu induknya.

Sedangkan di jalan kecil
rumput membimbing
seekor ulat yang tersesat.
Anak itu menatapnya,
membayangkan dirinya
seperti daun-daun kecil
di jalan yang lengang.
Masing-masing membayangkan hujan,
dan tangisan tersembunyi seekor kupu-kupu.

Orang-orang berjalan tergesa
menepis dingin hujan
tanpa tangan ibu
terjatuh di tangga berlumut
tak ada sedu kanak-kanak yang manja
atau permen hadiah masa lalu

Begitu juga dirinya.
Ia menerawangkan koin itu
mencari-cari senyum ibu
tetapi selalu hujan menghapusnya
seperti tangannya
yang mengibaskan tetes hujan.

Maret 2007



SAJAK UNTUK TELEVISI

Sebelum usai menit kelima
sebelum selesai acara
Pinokio tersedu
terjun ke laut
melambai ke arah tanjung
di mana sebuah balon biru
tersangkut pucuk ranting

Anak-anak termangu
merasa kehilangan ibu

Ya, Pinokio tersedu
Seekor paus penyendiri
menghampirinya
terkenang bening pandangnya
yang biru serupa langit biru
menyimpan air mata rahasianya

Sebelum usai menit kelima
ada gambar seorang penyanyi
memainkan nada hampa
dengan linangan kata
Gadis-gadis tergoda
meniru tarian ikan kecil
yang berulang membenturkan diri
ke dinding akuarium
di ruang tamu
tempat anak-anak tersedu
kehilangan dongeng ibu

Tak ada akhir untuk kisah ini
pinokio termangu
terkenang boneka kayu

Lalu
perempuan jelita
sekilas melintas menawarkan wangi sabun
yang meniru harum rumputan

Sep-06



DEPAN DEWATA TV
:kecelakaan 18 Januari

Jauh lebih indah
memandang maut dari sini
Dan menyentuhnya sendirian.

Apa yang kulihat kini
selain cahaya
dalam igauku yang remang?

Atau ketukan sunyi
yang berdetak
dalam jantungku?

Seorang penjual balon
menatap
Tersenyum:
apa yang ia pikirkan?

Sebuah taman biru
dengan burung-burung terbang
bagai seekor burung
dan sehelai daun gugur
tanpa cerai dari tangkai?

Atau maut yang datang
dengan warna hujan berderai?

Bila ia maut, kusentuh ia.
Jalan ini berbagi tikungan
bagai sebuah rumah
dengan pintu berhadapan
ingin saling mengetuk

Bila ia sungguh maut,
mengapa ia menatap
dengan senyum
seriang burung-burung
yang letih tanpa kepak?

Di jalan ini,
kuseka lagi masa lalu
Bagai mawar menyeka duri
melekat perih.

2008



KATRANGAN-HAYAM WURUK

Akan jadi apa sajak ini
bila jalan ini tak ada

Di negeri yang jauh
tiap tetes embun
menjelma mawar
dan rumput hijau
musim semi

Tapi di sini
setiap lorong gelap
adalah waktu yang bergerak mundur
untuk seorang ibu
yang berulang memanggil
namamu;
adalah waktu yang menghilang
yang berpapasan dengan daun-daun
gugur
dibiaskan cahaya temaram lampu jalan

Hendak jadi apa diri kita
bila setiap orang menyanyikan murung
menari berputar
ingin membalik masa silam
yang selalu melintasi jalan ini

Ya, setiap orang menyanyikan murung:
Juru tembang yang sendirian
membagi kata untuk kita yang kesepian
Simpang yang lengang
membayangkan awan
yang tak secerah langit malam

Dan di sini,
tak ada yang memanggil kita
tak ada yang menjelma kita

Lalu, hendak jadi apa sajak ini
bila kita tak ada?

Juli 2007



DEMAM

Ke dalam rumi yang diri
ke dalam siapa yang demam:
tangkai mawar
kamar kamar riang
tangkai diri
batu di tangan
jadi debu-debu itu
jadi tangan penyuka cahaya
dan penyair baik hati melompati bulan

Rumi, rumi,
demam-demamku
mungkin cuma igau
tarian berputar
daun kurma yang berputar
semua jalan tertutup
untuk kita yang sekali
waktu bertanya
apakah hari suka jadi malam

Oktober 2007

Tidak ada komentar:

A. Mustofa Bisri A'yat Khalili Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Wachid B.S. Abi N. Bayan Abidah El Khalieqy Acep Syahril Acep Zamzam Noor Adi Toha Adrian Balu AF Denar Daniar Afrizal Malna Agus Manaji Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Maltuf Syamsury Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Ala Roa Aldika Restu Pramuli Alfatihatus Sholihatunnisa Alfiyan Harfi Ali Makhmud Ali Subhan Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Andry Deblenk Anggie Melianna Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Aprinus Salam Ariandalu S Arieyoko Ksmb Arya Winanda As Adi Muhammad Asep Sambodja Atrap S. Munir Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Badaruddin Amir Bakdi Sumanto Bambang Darto Bambang Kempling Bambang Widiatmoko Beni Setia Beno Siang Pamungkas Bernando J. Sudjibto Bernard S. Y. Batubara Binhad Nurrohmat Budhi Setyawan Budi Palopo Bustan Basir Maras Chairul Abhsar Chavchay Saifullah Cut Nanda A. D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Afriady Dadang Ari Murtono Daisy Priyanti Daysi Priyanti Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Desti Fatin Fauziyyah Dewi Kartika Dharmadi Diah Budiana Diah Hadaning Dian Hartati Didik Komaidi Dimas Arika Mihardja Djoko Saryono Dody Kristianto Dorothea Rosa Herliany Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Edy Lyrisacra Effendi Danata Eimond Esya Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Nuryono El Sahra Mahendra Ellie R. Noer Elly Trisnawati Emha Ainun Nadjib Endang Supriadi Endang Susanti Rustamadji Eny Rose Eppril Wulaningtyas R Esha Tegar Putra Esti Nuryani Kasam Etik Widya Evi Idawati Evi Melyati Evi Sefiani Evi Sukaesih Fadhila Ramadhona Fahmi Faqih Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fatimah Wahyu Sundari Fauzi Absal Felix K. Nesi Fikri MS Fina Sato Firman Wally Fitrah Anugerah Frischa Aswarini Gampang Prawoto Ghaffur Al-Faqqih Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Gunawan Maryanto Gunoto Saparie Gus tf Sakai Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hari Leo Haris del Hakim Hasan Al Banna Hasan Aspahani Hasta Indriyana Helga Worotitjan Heri Latief Heri Listianto Heri Maja Kelana Herlinatiens Hudan Hidayat Hudan Nur Ibnu Wahyudi Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilenk Rembulan Imam S Arizal Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santoso Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indrian Koto Isbedy Stiawan ZS Iwan Gunadi Javed Paul Syatha Jibna Sudiryo Johan Khoirul Zaman Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Saputro Jufri Zaituna Jusuf AN Kadek Wara Urwasi Kadjie Bitheng MM Kartika Kusworatri Kedung Darma Romansha Kika Syafii Kirana Kejora Kirdjomuljo Kurnia Effendi Kurniawan Junaedhie Kurniawan Yunianto Kusprihyanto Namma Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lailatul Muniroh Landung Rusyanto Simatupang Lela Siti Nurlaila Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Linus Suryadi AG Liza Wahyuninto Lubis Grafura Lutfi Mardiansyah M. Badrus Alwi M. Faizi Maghfur Munif Maghie Oktavia Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S. Mahayana Maqhia Nisima Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marwanto Mas Marco Kartodikromo Mashuri Mathori A. Elwa Matroni el-Moezany Maya Mustika K. Mega Vristian Miftahul Abrori Mohammad Yamin Muhammad Ali Fakih Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muntamah Cendani Mustiar AR Mustofa W Hasyim Mutia Sukma Nadjib Kartapati Z Nanang Suryadi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Noor Sam Nunung S. Sutrisno Nur Iswantara Nur Lodzi Hady Nur Wahida Idris Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Pariyo Adi Pringadi AS Pringgo HR Puisi-Puisi Indonesia Purwadmadi Admadipurwa Puspita Rose Putri Sarinande R. Toto Sugiharto Rachmat Djoko Pradopo Raedu Basha Ragil Suwarno Pragolapati Rakai Lukman Rama Prabu Ramadhan KH Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Ribut Wijoto Rikard Diku Robin Al Kautsar Rozi Kembara Rudi Hartono Rusydi Zamzami S Yoga Sahaya Santayana Saiful Bakri Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Selendang Sulaiman Seli Desmiarti Sigit Sugito Sihar Ramses Simatupang Siska Afriani Sitok Srengenge Sitor Situmorang Slamet Rahardjo Rais Slamet Widodo Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Harjanto Sahid Sri Jayantini Sri Setya Rahayu Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunardi KS Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutirman Eka Ardhana Syifa Aulia Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Ranusastra Asmara Teguh Triaton Tengsoe Tjahjono Tharie Rietha Thowaf Zuharon Timur Sinar Suprabana Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Ulfatin Ch Umbu landu Paranggi Unieq Awien Usman Arrumy W. Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Hidayat Wahyu Subuh Warih Wisatsana Wayan Sunarta Weni Suryandari Widi Astuti Wiji Thukul Winarni R. Y. Wibowo Yonathan Rahardjo Yosi M Giri Yudhi Herwibowo Yudhiono Aprianto Yurnaldi Yusri Fajar Yusuf Suharto Yuswan Taufiq Yuswinardi Zaenal Faudin Zainal Arifin Thoha Zamroni Allief Billah Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae