Kamis, 22 Januari 2009

Puisi-Puisi Iman Budhi Santosa

http://sastrakarta.multiply.com/
CATATAN HARIAN SEORANG SULTAN

Sekian purnama kelelawar-kelelawar menyerbu
ke dalam semadiku. Melati kenanga bersengketa
asap dupa tak berbau, keris tombak berdiri
berontak dari genggaman para abdi

Kemudian remang ada pada tiang, mahkota lusuh
membisu di sudut ruang. “Siapakah engkau
jika istana tinggal bayang-bayang
lalat nyamuk menari di pagelaran
burung-burung gereja bersarang di bubungan?”

Sesekali aku berdiri mencari puncak Merapi
sebelum gerbang terkunci. Sesekali meniti buih
laut selatan, menapaki pasir karang
sambil mengaca, “Aku bukan raja…”
Sebab, tikus mulai ada di kamar pusaka
burung malam seperti mengecam
kota dan tembok benteng yang berseberangan

Sekian musim bercermin pada rumput
pada taman yang berlumut, sisa keraton
tinggal bangunan tua dan rindang pohon.
“Jangan panggil aku Gusti…”
Tapi, mereka nekat ngapurancang di depan cepuri
menunduk pada huruf-huruf Jawa yang tak terbaca
oleh lidah yang lama mengembara

1997



ORANG-ORANG BATIK USIA SENJA
BELAKANG KERATON YOGYAKARTA

Masih dengan hati ia memainkan canting
malam yang bening. Meniupnya sesekali
menusuknya dengan ijuk, membuang karat daki
begitu khusyuk. Kadang bersila, atau bersimpuh
seperti luluh (menitiskan ruh)
janji sehidup semati lirik sidamukti
merawat kawung, kiblat tak pernah suwung

Masih dengan sabar ia melukis prasasti
stupa candi, mawar teratai, sampai kijang
dalam dongeng bahari. “Biarlah jika uban
dan keriput sudah mengunci. Akan kusambung
guratan pujangga, kisah suci Mahabharata
menjadi sari sutera, permadani tanah Jawa.”
Maka, ia tersenyum (kendati leher tanpa kalung)
santun dengan nasib yang terus mengapung

Masih dengan bijak ia merangkak
dari hari ke hari, mori demi mori
tanpa sangsi. “Nanti selimuti tubuhku
dengan kain panjang. Ikat daguku dengan selendang
seperti dulu ketika ditimang
lahir ke bumi
dengan telanjang.”

Kini, aku menunduk. Ngapurancang dan takluk.
Disini masih ada cinta. Masih ada jari
meracik pernik cantik, membatik wajah Srikandi
menatahnya sebagai wasiat di atas kening sendiri

1997



SETANGKAI BUNGA BUAT IBU GURU TK

Dengan mulut mawar hati melati, ia mengajak
anak-anak berdiri, berbaris, menggambar
dan menyanyi. Menyelipkan merpati dan kupu-kupu
ke dalam buku, bersama angka-angka
bilangan demi bilangan yang membuat dunia
terbuka. “Bintang memang jauh, anakku.
Tapi, engkau punya kaki untuk berlari
mata untuk mencari dan tangan untuk menggapai.”
Seperti sinar matahari, ia menguak jeruji
menorobos kisi-kisi. Langkahnya seringan angin
dadanya serupa permadani atau padang rumput
(tak ada kabut, lengkung cakrawala berpaut).
Ia tak menjual madu, janji-janji beledu
ia hanya patut disebut ibu. Ibuku ibumu
karena ribuan anak telah melesat ke angkasa
lewat pundaknya. Tapi, ia tetap di sini
seperti jembatan, menunggu jejak-tapak anak
berlari dan menginjak, yang membuat wangi
nama dan kuburnya kelak

2000



MUSIM KETIGA DI TEPI SUNGAI OYA

Sembilan anak laki perempuan, telanjang
menyerupai anggang-anggang, mencari tempat
mandi, karena air tinggal sebatas mata kaki.

Seperti iba dan ingin menjaga
angin dan sepi pun setia menemani
juga derit bambu ori
sehingga hutan
serasa taman Suwelagiri

Ah, akankah sekering lembah ini
hidup mereka nanti, meskipun sungai Oya
konon, tak pernah mati?

Sembilan anak laki perempuan, menghitam
ditelan buih muntahan zaman
ketika lubuk tinggal batu
kurun waktu mustahil kembali
mengalir ke hulu

2002



KETIKA BERUMAH PADA ANGIN DAN MATAHARI

Ketika retak mulai jadi bercak
langit selebar tenda, koran kehabisan cerita
pagi engkau kembali tersenyum dengan sepotong cermin tua
karena selain uban dan keriput, tak ada cacat-cela
atau luka membekas pada alis mata

Jadi, adakah yang patut
kita sebut
hidup ini tercerabut?

Sebab, maut bukan bencana, bisik cicak
sambil berdecak melihat rencana-rencana tertunda
karena pundak tangan terus menunggu
sampai tiang bambu pun tak jadi ditegakkan
karena kehabisan tali dan paku.
Tapi, bukankah sedikit air mata
pantas untuk mengenangnya?
Lantaran di kolong dipan sekarang kami bercinta
di bawah rembulan anak-anak mengaji dan membaca

Ketika rumah kembali tanah
angin dan matahari, baju bekas penuh sidik jari
jadi selimut kelambu penuh berkah
liur ludah pun jadi semanis sepah tebu
ketika sumur parit mengering
ketika hidup terpelanting
ke dalam potongan sejarah yang tercetak miring

2006.

Tidak ada komentar:

A. Mustofa Bisri A'yat Khalili Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Wachid B.S. Abi N. Bayan Abidah El Khalieqy Acep Syahril Acep Zamzam Noor Adi Toha Adrian Balu AF Denar Daniar Afrizal Malna Agus Manaji Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Maltuf Syamsury Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Ala Roa Aldika Restu Pramuli Alfatihatus Sholihatunnisa Alfiyan Harfi Ali Makhmud Ali Subhan Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Andry Deblenk Anggie Melianna Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Aprinus Salam Ariandalu S Arieyoko Ksmb Arya Winanda As Adi Muhammad Asep Sambodja Atrap S. Munir Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Badaruddin Amir Bakdi Sumanto Bambang Darto Bambang Kempling Bambang Widiatmoko Beni Setia Beno Siang Pamungkas Bernando J. Sudjibto Bernard S. Y. Batubara Binhad Nurrohmat Budhi Setyawan Budi Palopo Bustan Basir Maras Chairul Abhsar Chavchay Saifullah Cut Nanda A. D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Afriady Dadang Ari Murtono Daisy Priyanti Daysi Priyanti Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Desti Fatin Fauziyyah Dewi Kartika Dharmadi Diah Budiana Diah Hadaning Dian Hartati Didik Komaidi Dimas Arika Mihardja Djoko Saryono Dody Kristianto Dorothea Rosa Herliany Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Edy Lyrisacra Effendi Danata Eimond Esya Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Nuryono El Sahra Mahendra Ellie R. Noer Elly Trisnawati Emha Ainun Nadjib Endang Supriadi Endang Susanti Rustamadji Eny Rose Eppril Wulaningtyas R Esha Tegar Putra Esti Nuryani Kasam Etik Widya Evi Idawati Evi Melyati Evi Sefiani Evi Sukaesih Fadhila Ramadhona Fahmi Faqih Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fatimah Wahyu Sundari Fauzi Absal Felix K. Nesi Fikri MS Fina Sato Firman Wally Fitrah Anugerah Frischa Aswarini Gampang Prawoto Ghaffur Al-Faqqih Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Gunawan Maryanto Gunoto Saparie Gus tf Sakai Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hari Leo Haris del Hakim Hasan Al Banna Hasan Aspahani Hasta Indriyana Helga Worotitjan Heri Latief Heri Listianto Heri Maja Kelana Herlinatiens Hudan Hidayat Hudan Nur Ibnu Wahyudi Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilenk Rembulan Imam S Arizal Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santoso Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indrian Koto Isbedy Stiawan ZS Iwan Gunadi Javed Paul Syatha Jibna Sudiryo Johan Khoirul Zaman Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Saputro Jufri Zaituna Jusuf AN Kadek Wara Urwasi Kadjie Bitheng MM Kartika Kusworatri Kedung Darma Romansha Kika Syafii Kirana Kejora Kirdjomuljo Kurnia Effendi Kurniawan Junaedhie Kurniawan Yunianto Kusprihyanto Namma Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lailatul Muniroh Landung Rusyanto Simatupang Lela Siti Nurlaila Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Linus Suryadi AG Liza Wahyuninto Lubis Grafura Lutfi Mardiansyah M. Badrus Alwi M. Faizi Maghfur Munif Maghie Oktavia Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S. Mahayana Maqhia Nisima Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marwanto Mas Marco Kartodikromo Mashuri Mathori A. Elwa Matroni el-Moezany Maya Mustika K. Mega Vristian Miftahul Abrori Mohammad Yamin Muhammad Ali Fakih Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muntamah Cendani Mustiar AR Mustofa W Hasyim Mutia Sukma Nadjib Kartapati Z Nanang Suryadi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Noor Sam Nunung S. Sutrisno Nur Iswantara Nur Lodzi Hady Nur Wahida Idris Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Pariyo Adi Pringadi AS Pringgo HR Puisi-Puisi Indonesia Purwadmadi Admadipurwa Puspita Rose Putri Sarinande R. Toto Sugiharto Rachmat Djoko Pradopo Raedu Basha Ragil Suwarno Pragolapati Rakai Lukman Rama Prabu Ramadhan KH Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Ribut Wijoto Rikard Diku Robin Al Kautsar Rozi Kembara Rudi Hartono Rusydi Zamzami S Yoga Sahaya Santayana Saiful Bakri Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Selendang Sulaiman Seli Desmiarti Sigit Sugito Sihar Ramses Simatupang Siska Afriani Sitok Srengenge Sitor Situmorang Slamet Rahardjo Rais Slamet Widodo Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Harjanto Sahid Sri Jayantini Sri Setya Rahayu Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunardi KS Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutirman Eka Ardhana Syifa Aulia Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Ranusastra Asmara Teguh Triaton Tengsoe Tjahjono Tharie Rietha Thowaf Zuharon Timur Sinar Suprabana Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Ulfatin Ch Umbu landu Paranggi Unieq Awien Usman Arrumy W. Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Hidayat Wahyu Subuh Warih Wisatsana Wayan Sunarta Weni Suryandari Widi Astuti Wiji Thukul Winarni R. Y. Wibowo Yonathan Rahardjo Yosi M Giri Yudhi Herwibowo Yudhiono Aprianto Yurnaldi Yusri Fajar Yusuf Suharto Yuswan Taufiq Yuswinardi Zaenal Faudin Zainal Arifin Thoha Zamroni Allief Billah Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae