http://oase.kompas.com/
AKU TERJEBAK SKENARIOKU SENDIRI
Hari ini aku patah
Aku merasa jadi daun
Bukan eidelweismu lagi
Aku merasa kamu hilang
Diammu bukan emas
Tapi sebuah kemarahan padaku
Aku sering melupakan diri
Bahwa kamu adalah lelaki dengan kudanya
Yang terus bergulat dengan cairan-cairan darah
Memacu terus pelana bajamu
Melibas badai
Menyeruak di hutan cemara kisah
Aku serasa tak memiliki pagi, siang, malam
Senyapku tetap setia menjadi rasa
Kini
Jika aku kasih tahu tempatku
Apa kamu akan petik aku dan bawa terbang pagi ini membelah mentari?
Sebenarnya aku ada di dekatmu
Sapamu telah bangunkan tubuhku dari persinggahan alam sadarku
Lalu kau pergi begitu saja
Ah!
Kau ternyata jadi angin sesunyiku pagi ini
Jika kau elangku
Harusnya kau terbangkan aku untuk membelah mentari
Ah!
Kau nakal!
Rindu apa yang kau punya buatku yang hanya setetes embun di padang tandusmu?
Aku hanya sebutir debu, sehelai bulu ayam, sepenggal sabit
Kau merasa begitu sempurna buatku?
Ah!
Aku terhenti di ujung penantian tanpa kutoleh ke belakang
Mataku menatap ke semua penjuru jarum nadiku
Menyeruak tubuhku diantara ilalangmu untuk pencarian terakhir wujudmu
Biarkan aku meliukkan tubuhku di ujung gelisah
Menggelinjangkan lekuknya di tepian kisah
Tetaplah kau tenang arungi pergumulanmu
Aku sudah biasa jadi pesunyi
Pesunyi telah jadi darah dagingku
Lamunan dalam sunya adalah santapanku
Sejak badai hidup dera bathin
Dan lahirku sebagai eidelweis ungu
Kubaru saja rajam rinduku ke kamu dengan pinset sayapku sendiri
Darahku mengucur
Membanjiri bugil tubuhku yang iklas menerimanya
Karena ku tahu
Penderitaan telah kusambut
Ketika kumiliki cinta buatmu
Pagi ini
Tubuhku yang terlihat siluetnya karena mentari berhasil menembus kain tipisnya
Lari tergopoh-gopoh menyeruak hutan cemara kembaramu
Namun betapa lunglai tubuhku
Ketika tapal kudamu tak bisa kuendus lagi
Rasanya ingin kusudahi mimpi panjang ini
Aku harus bangun
Kucubiti kulit tubuhku hingga membiru
Kutepuk pipiku hingga terasa ngilu
Wake up eidelweis!
Biarkan lelakimu pergi dengan kudanya
Dia hanya ada dalam puisimu…no more
Begitu angin katakan padaku pagi ini
Tapi bukankan dia juga sang angin itu sendiri?
Ah!
Membingungkan kisah konyolku kali ini
Angin
Mengakulah sekarang padaku
Aku tlah jujur padamu selama ini
Diammu bukan emas lagi
Namun diammu karena kau menguji kesetiaanku pada senyap di puncak gunung
Aku tak memiliki pagi,siang,malam
Menatap langitpun aku tak mampu
Karena ku takut kembali punya rindu padamu yang tak bisa kujumputi
Sekarang jawab
Dimana kamu melihatku?
Apakah masih nampak kuntuman eidelweis ungu itu pada tatap liar mata elangmu?
Ah!
Bukankah angin itu adalah kamu sendiri elang?
Shitt!
Stupid love in my mind!
Bhumi Menteng Dalam, 061108, klimaks kefrutrasian yang benar-benar membodohi hati
Where r u eaglenest? Your silent not gold!
KESAKITAN YANG TERLAMBAT
Semua tanya tak harus dijawab
Meski semua tanya memiliki jawab
Sms ini mungkin tak penting bagimu
Sudah basi
Aku tahu ini
Tapi hatiku lega bisa menulisnya di sini
Apa benar lelaki itu di hatinya selalu ada lebih dari satu perempuan?
Gambar itu tak bisa bohong
Mataku menatap
Logikaku meratap
Ada perempuan di dalam cermin kamarmu
Seorang perempuan muda
Mungkin seorang gadis
Yah!
Gadis yang hanya statusnya
Atau gadis yang baru hilang kegadisannya karenamu
Aku tak tahu dan tak mau tahu lagi
Karena semua telah terjadi
Kita sudah habis
Kita sudah pergi
Kita sudah nggak ada lagi
Aku tak berhak memvonismu selingkuh
Meski tanggal gambar itu ter-upload sebelum kita putus
Karena perahumu tak lagi tertambat pada dermagaku
Kau pergi dariku
Karena
Hatimu terluka
Karena
Aku kasar katamu
Kau inginkan wanitamu lembut bertutur
Namun kini
Gambar perempuan belia dalam cermin kamarmu itu telah menjadi jawaban atas lukaku yang telah dulu ada
Dunguku kali ini terpelihara dan bagus terrawat!
Kesakitanku telah terlambat!
Menteng Dalam, 020109
Usai menikmati senyap di apartemen Taman Anggrek
Usai memelototi foto-foto di rumah mayamu….
KU HANYA BILANG
KAU AKAN DATANGI AKU KETIKA RINDUKU MEMUNCAK
ITU KATAMU
LALU
INI JAWABKU
RINDUKU PADAMU YANG BARU SEPENGGAL SABIT, BUATLAH MENJADI PURNAMA
CARILAH CARA HINGGA PURNA
KALAU KAU MEMANG PUNYA CINTA YANG SEBENARNYA
TAPI
TUNGGU
KUBISIKKAN INI PADA DAUN TELINGAMU YANG SEXY
BEGINI
AKU BUTUH KEHANGATAN KINI
JADILAH BARA API PADA TUNGKU HATIKU INI!
Menteng Dalam, 200109
Kedewasaanmu kuharap datangiku kini
PADMA KUNING
Aku lelah terus kau kultuskan jadi eidelweis
Karena harus terus setia padamu di puncak senyap
Kamu bilang aku diperbudak ego
Ego yang mana dan bagaimana?
Kali ini aku ingin jadi padma kuning
Air mata sepiku telah jadi batu
Jadi aku tak kan basahi kelopakku dengan bulirannya
Kamu pikir aku lemah karena turun tahta dari puncak ke tanah?
Atau akan tenggelam dalam kolam yang memutari tubuhku?
Kamu keliru
Kodratku selalu terapung di atas airnya
Bebas mengembangkan daunku
Berenang dengan riang di kecipaknya
Tetaplah kamu terus dengan sorot angkuhmu bertengger di sana
Kenapa pagi ini kamu bilang langitmu di Nagoya?
Buat apa?
Terbanglah kemana kamu suka
Jangan terus kelopakku kamu pelototi dengan keliaran imajimu
Aku bosan!
Ah!
Pergilah cepat kamu ke langitmu
Atau kembalilah menjadi elang kutub
Jumputilah sakura-sakura di bhumi Nagoya dengan tajam paruhmu
Cemburuku sudah habis
Aku bukan eidelweismu lagi
Aku kini setia menjadi padma kuning dengan kata pedas teriring
Begini,
Duniamu sulit kutembus
Karena kamu memang tak pernah siap membawaku ke sana
Dan kini
Aku ingin menyejukkan birahiku kembali dengan genangan air yang memadatkan sintal tubuhku
Bhumi Menteng Dalam, 81108
Bawalah pulang sakuramu, lupakan eidelweismu
El…kamu el…ek!
Mbencekno!
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A. Mustofa Bisri
A'yat Khalili
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Wachid B.S.
Abi N. Bayan
Abidah El Khalieqy
Acep Syahril
Acep Zamzam Noor
Adi Toha
Adrian Balu
AF Denar Daniar
Afrizal Malna
Agus Manaji
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Maltuf Syamsury
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Ala Roa
Aldika Restu Pramuli
Alfatihatus Sholihatunnisa
Alfiyan Harfi
Ali Makhmud
Ali Subhan
Amelia Rachman
Amie Williams
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Andry Deblenk
Anggie Melianna
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Aprinus Salam
Ariandalu S
Arieyoko Ksmb
Arya Winanda
As Adi Muhammad
Asep Sambodja
Atrap S. Munir
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Badaruddin Amir
Bakdi Sumanto
Bambang Darto
Bambang Kempling
Bambang Widiatmoko
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Bernando J. Sudjibto
Bernard S. Y. Batubara
Binhad Nurrohmat
Budhi Setyawan
Budi Palopo
Bustan Basir Maras
Chairul Abhsar
Chavchay Saifullah
Cut Nanda A.
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Afriady
Dadang Ari Murtono
Daisy Priyanti
Daysi Priyanti
Dea Anugrah
Dea Ayu Ragilia
Dedy Tri Riyadi
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Desti Fatin Fauziyyah
Dewi Kartika
Dharmadi
Diah Budiana
Diah Hadaning
Dian Hartati
Didik Komaidi
Dimas Arika Mihardja
Djoko Saryono
Dody Kristianto
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Edy Lyrisacra
Effendi Danata
Eimond Esya
Eka Budianta
Eko Hendri Saiful
Eko Nuryono
El Sahra Mahendra
Ellie R. Noer
Elly Trisnawati
Emha Ainun Nadjib
Endang Supriadi
Endang Susanti Rustamadji
Eny Rose
Eppril Wulaningtyas R
Esha Tegar Putra
Esti Nuryani Kasam
Etik Widya
Evi Idawati
Evi Melyati
Evi Sefiani
Evi Sukaesih
Fadhila Ramadhona
Fahmi Faqih
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Fikri MS
Fina Sato
Firman Wally
Fitrah Anugerah
Frischa Aswarini
Gampang Prawoto
Ghaffur Al-Faqqih
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gunawan Maryanto
Gunoto Saparie
Gus tf Sakai
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hari Leo
Haris del Hakim
Hasan Al Banna
Hasan Aspahani
Hasta Indriyana
Helga Worotitjan
Heri Latief
Heri Listianto
Heri Maja Kelana
Herlinatiens
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Ibnu Wahyudi
Ikarisma Kusmalina
Ike Ayuwandari
Ilenk Rembulan
Imam S Arizal
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santoso
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indrian Koto
Isbedy Stiawan ZS
Iwan Gunadi
Javed Paul Syatha
Jibna Sudiryo
Johan Khoirul Zaman
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Saputro
Jufri Zaituna
Jusuf AN
Kadek Wara Urwasi
Kadjie Bitheng MM
Kartika Kusworatri
Kedung Darma Romansha
Kika Syafii
Kirana Kejora
Kirdjomuljo
Kurnia Effendi
Kurniawan Junaedhie
Kurniawan Yunianto
Kusprihyanto Namma
Kuswaidi Syafi’ie
L.K. Ara
Lailatul Muniroh
Landung Rusyanto Simatupang
Lela Siti Nurlaila
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Linus Suryadi AG
Liza Wahyuninto
Lubis Grafura
Lutfi Mardiansyah
M. Badrus Alwi
M. Faizi
Maghfur Munif
Maghie Oktavia
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maman S. Mahayana
Maqhia Nisima
Marcellus Nur Basah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Marwanto
Mas Marco Kartodikromo
Mashuri
Mathori A. Elwa
Matroni el-Moezany
Maya Mustika K.
Mega Vristian
Miftahul Abrori
Mohammad Yamin
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muntamah Cendani
Mustiar AR
Mustofa W Hasyim
Mutia Sukma
Nadjib Kartapati Z
Nanang Suryadi
Nezar Patria
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Noor Sam
Nunung S. Sutrisno
Nur Iswantara
Nur Lodzi Hady
Nur Wahida Idris
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Pariyo Adi
Pringadi AS
Pringgo HR
Puisi-Puisi Indonesia
Purwadmadi Admadipurwa
Puspita Rose
Putri Sarinande
R. Toto Sugiharto
Rachmat Djoko Pradopo
Raedu Basha
Ragil Suwarno Pragolapati
Rakai Lukman
Rama Prabu
Ramadhan KH
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Ribut Wijoto
Rikard Diku
Robin Al Kautsar
Rozi Kembara
Rudi Hartono
Rusydi Zamzami
S Yoga
Sahaya Santayana
Saiful Bakri
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Selendang Sulaiman
Seli Desmiarti
Sigit Sugito
Sihar Ramses Simatupang
Siska Afriani
Sitok Srengenge
Sitor Situmorang
Slamet Rahardjo Rais
Slamet Widodo
Sosiawan Leak
Sreismitha Wungkul
Sri Harjanto Sahid
Sri Jayantini
Sri Setya Rahayu
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sumargono SN
Suminto A. Sayuti
Sunardi KS
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Sutirman Eka Ardhana
Syifa Aulia
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Triaton
Tengsoe Tjahjono
Tharie Rietha
Thowaf Zuharon
Timur Sinar Suprabana
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Ulfatin Ch
Umbu landu Paranggi
Unieq Awien
Usman Arrumy
W. Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Hidayat
Wahyu Subuh
Warih Wisatsana
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Widi Astuti
Wiji Thukul
Winarni R.
Y. Wibowo
Yonathan Rahardjo
Yosi M Giri
Yudhi Herwibowo
Yudhiono Aprianto
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Yuswan Taufiq
Yuswinardi
Zaenal Faudin
Zainal Arifin Thoha
Zamroni Allief Billah
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar