Senin, 28 Juni 2010

Puisi-Puisi Ahmad Muchlish Amrin

http://www.sastra-indonesia.com/
Sebuah Kota Tua
- Derek Walcott

Sebuah kota tua, memiliki kisah masa lalu,
sejarah bedil dan senapan, kereta kencana yang karat.
Tahukah engkau, setiap sore di museum sebelah timur taman bunga itu,
ada suara-suara berteriak bagai roh gentayangan yang berdesakan,
lelaki dan perempuan pucat, matanya lembab seribu bulan,
menunggu hari pembalasan yang dijanjikan.

Sebuah kota tua, di bawahnya air sungai mengalir
dan buah-buah dusta dipetik dari pohon bidara yang berduri.
Tahukah engkau, kenangan gugur ke bawah pohon pisang yang bersusun,
jadilah ia firman suci nabi-nabi, bersumpah demi beredarnya bintang-bintang,
demi malaikat yang membagikan air hangat, teh poci dan kopi robusta,
demi sebatang rokok yang ditanam sendiri di hari muda.

Sebuah kota tua, kota yang hampir hancur lebur,
para tukang sihir menyulapnya menjadi kandang babi,
merubah pikiran mereka untuk melupakan kisah pahit
prajurit-prajurit. Dan tahukah engkau,
orang-orang di kota ini menjadi gila,
sampai badai membuatnya terjaga.

Yogyakarta/Tang Lebun, 2007-2008



Kuda-Kuda Meringkik Di Kepalaku

Kuda-kuda meringkik di kepalaku
menaiki bukit-bukit.
Dan bukit-bukit itu saling merebut bulan
di malam keempat yang asing.
Dua orang lelaki membawa pelana-pelana
dipasang sebelum keberangkatan tiba:
kuda putih yang tinggi, kendalinya berwarna tembaga
ditunggangi lelaki bermata rahasia,
kuda hitam yang kurus dan ganas,
ditunggangi lelaki pucat dan penakut.

Penunggang kuda merebut bulan
dari bukit-bukit, di tangan kanannya sebilah celurit
dan di tangan kirinya temali kendali.
Keduanya memacu kuda ke puncak,
kemudian turun ke lembah
menaiki bukit yang lebih tinggi lagi.

Dan kuda-kuda itu masih meringkik di kepalaku
sampai fajar menaruh shalnya di bukit batu,
sampai terang tanah jejak sepatu lenyap di tanahmu.

Kediri-Yogyakarta, Agustus 2008



Ayat Hutan

Di hutan, sebelah selatan tempat kelahiranmu
lima puluh kilo meter dari perlintasan kota,
cuaca jin yang dingin membuat bibirmu gemetar.
Engkau, bagai tukang kayu yang berdusta
menyalakan api merah mawar, asapnya melindap
ke gunung-gunung.

Kembang-kembang yang memberkati puisi,
kering dan berguguran di bawah pohon delima,
malaikat yang sangsi pada kata, menjadi muram wajahnya.
Engkau, berdiri bagai pemburu, melesatkan anak panah
pada hewan-hewan yang terkutuk.

Seperti ada pandangan yang mengancam
bersembunyi di balik jalan yang lurus,
di balik pohon-pohon keabadian.
Engkau, meniupkan sengkakala kebangkitan
di hari hutan berkabung membangun berhalanya sendiri-sendiri.

Yogyakarta/Tang Lebun, 2007-2008



Malam Rabu Yang Aneh
- di gunung kelud

Malam rabu yang aneh,
kudapati perapian menjadi cahaya yang hidup.
Begitu ramai, kuda-kuda meringkik,
prajurit-prajurit berlari tanpa rasa takut,
darah mengucur dingin
: demi Majapahit.
Seorang panglima, dikelilingi arwah-arwah yang menangis
bibirnya bergetar menyebutkan nama-nama asing,
kata-kata pucat bagai mantra dalam kitab tua.

Inilah malam rabu keempat
perempuan telah menjadi patung
rohnya melampaui bukit dan lembah-lembah,
gentayangan di antara pohon-pohon cengkeh,
bagai hantu-hantu kedinginan
: di kali Brantas.

Sebuah malam kesaksian
seorang raja yang diikat, mulutnya tertutup,
lalu tangannya, kakinya, matanya, hidungnya,
telinganya berkisah tentang perang dan keangkuhan.
Sumpah-sumpah yang disangsikan,
nyawa-nyawa melayang tanpa alasan
bangkit lagi di malam yang sengsara.

Kediri/Kelud, Mie-Juli 2008



Di Hari Ulang Tahunku
- 24

Sebuah temali panjang mengambang di atas air laut
sang maut berbaris di ujungnya, aku semakin bergairah
menariknya : rumput-rumput laut hijau lumut,
ikan-ikan memakan bulan, sirip-sirip berkepak tak tentu arah.
O, sisa umurku yang jelita, keheningan yang agung,
kupersembahkan jalan lurus ke matahari.

Engkau, perempuan pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun,
menjadikanku berhala yang hidup. Dan lilin-lilin yang dinyalakan
menemukanku hari ini, dalam puisi-puisi.
24 tahun berlalu, aroma kembang jagung membesarkanku,
terus membesarkanku hingga umur sirna dan rohku
kembali pada muasalnya.

Yogyakarta/Tang Lebun, Agustus 2008



Malam Seribu Bulan

Inilah malam, langit ditumbuhi seribu bulan
bagai biji-bijian surga yang retak, lalu cahayanya berpendar
menerangi wajah-wajah kusut.
Aku, lelaki yang menjanjikan malapetaka,
menunduk pelan-pelan bagai seekor kucing yang malu.
Dan budak-budak yang melupakan tanah kelahirannya
bersandar pada pohon kelapa yang kering.

Sebelas bintang yang redup menceritakan sumpah malam:
demi tikus jantan di antara plastik yang becek
demi sampah-sampah yang berserak
demi bau pesing kencing kaum gelandangan
demi pedang pembunuh bayang-bayang
demi jiwa-jiwa yang diasingkan.
Malam ini, kitab-kitab tua dibacakan,
sang penyaksi menarik kain sutera ke selatan
melampaui usia dan amal perbuatan.

Dua belas burung keong berkepak di udara,
menyerupai malaikat yang bersayap, berpencar di atas air surga
menemui kubur anaknya di atas bukit.
Aha! Tak ada yang dapat menyangsikannya
kecuali aku, lelaki penjaga malam,
yang meniup wajah-wajah yang redup.

Yogyakarta/Tang Lebun, Agustus 2006-2008

*) dari buku Antologi Puisi “Mazhab Kutub” terbitan PUstaka puJAngga 2010.

Tidak ada komentar:

A. Mustofa Bisri A'yat Khalili Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Wachid B.S. Abi N. Bayan Abidah El Khalieqy Acep Syahril Acep Zamzam Noor Adi Toha Adrian Balu AF Denar Daniar Afrizal Malna Agus Manaji Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Maltuf Syamsury Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Ala Roa Aldika Restu Pramuli Alfatihatus Sholihatunnisa Alfiyan Harfi Ali Makhmud Ali Subhan Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Andry Deblenk Anggie Melianna Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Aprinus Salam Ariandalu S Arieyoko Ksmb Arya Winanda As Adi Muhammad Asep Sambodja Atrap S. Munir Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Badaruddin Amir Bakdi Sumanto Bambang Darto Bambang Kempling Bambang Widiatmoko Beni Setia Beno Siang Pamungkas Bernando J. Sudjibto Bernard S. Y. Batubara Binhad Nurrohmat Budhi Setyawan Budi Palopo Bustan Basir Maras Chairul Abhsar Chavchay Saifullah Cut Nanda A. D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Afriady Dadang Ari Murtono Daisy Priyanti Daysi Priyanti Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Desti Fatin Fauziyyah Dewi Kartika Dharmadi Diah Budiana Diah Hadaning Dian Hartati Didik Komaidi Dimas Arika Mihardja Djoko Saryono Dody Kristianto Dorothea Rosa Herliany Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Edy Lyrisacra Effendi Danata Eimond Esya Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Nuryono El Sahra Mahendra Ellie R. Noer Elly Trisnawati Emha Ainun Nadjib Endang Supriadi Endang Susanti Rustamadji Eny Rose Eppril Wulaningtyas R Esha Tegar Putra Esti Nuryani Kasam Etik Widya Evi Idawati Evi Melyati Evi Sefiani Evi Sukaesih Fadhila Ramadhona Fahmi Faqih Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fatimah Wahyu Sundari Fauzi Absal Felix K. Nesi Fikri MS Fina Sato Firman Wally Fitrah Anugerah Frischa Aswarini Gampang Prawoto Ghaffur Al-Faqqih Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Gunawan Maryanto Gunoto Saparie Gus tf Sakai Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hari Leo Haris del Hakim Hasan Al Banna Hasan Aspahani Hasta Indriyana Helga Worotitjan Heri Latief Heri Listianto Heri Maja Kelana Herlinatiens Hudan Hidayat Hudan Nur Ibnu Wahyudi Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilenk Rembulan Imam S Arizal Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santoso Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indrian Koto Isbedy Stiawan ZS Iwan Gunadi Javed Paul Syatha Jibna Sudiryo Johan Khoirul Zaman Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Saputro Jufri Zaituna Jusuf AN Kadek Wara Urwasi Kadjie Bitheng MM Kartika Kusworatri Kedung Darma Romansha Kika Syafii Kirana Kejora Kirdjomuljo Kurnia Effendi Kurniawan Junaedhie Kurniawan Yunianto Kusprihyanto Namma Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lailatul Muniroh Landung Rusyanto Simatupang Lela Siti Nurlaila Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Linus Suryadi AG Liza Wahyuninto Lubis Grafura Lutfi Mardiansyah M. Badrus Alwi M. Faizi Maghfur Munif Maghie Oktavia Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S. Mahayana Maqhia Nisima Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marwanto Mas Marco Kartodikromo Mashuri Mathori A. Elwa Matroni el-Moezany Maya Mustika K. Mega Vristian Miftahul Abrori Mohammad Yamin Muhammad Ali Fakih Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muntamah Cendani Mustiar AR Mustofa W Hasyim Mutia Sukma Nadjib Kartapati Z Nanang Suryadi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Noor Sam Nunung S. Sutrisno Nur Iswantara Nur Lodzi Hady Nur Wahida Idris Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Pariyo Adi Pringadi AS Pringgo HR Puisi-Puisi Indonesia Purwadmadi Admadipurwa Puspita Rose Putri Sarinande R. Toto Sugiharto Rachmat Djoko Pradopo Raedu Basha Ragil Suwarno Pragolapati Rakai Lukman Rama Prabu Ramadhan KH Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Ribut Wijoto Rikard Diku Robin Al Kautsar Rozi Kembara Rudi Hartono Rusydi Zamzami S Yoga Sahaya Santayana Saiful Bakri Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Selendang Sulaiman Seli Desmiarti Sigit Sugito Sihar Ramses Simatupang Siska Afriani Sitok Srengenge Sitor Situmorang Slamet Rahardjo Rais Slamet Widodo Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Harjanto Sahid Sri Jayantini Sri Setya Rahayu Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunardi KS Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutirman Eka Ardhana Syifa Aulia Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Ranusastra Asmara Teguh Triaton Tengsoe Tjahjono Tharie Rietha Thowaf Zuharon Timur Sinar Suprabana Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Ulfatin Ch Umbu landu Paranggi Unieq Awien Usman Arrumy W. Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Hidayat Wahyu Subuh Warih Wisatsana Wayan Sunarta Weni Suryandari Widi Astuti Wiji Thukul Winarni R. Y. Wibowo Yonathan Rahardjo Yosi M Giri Yudhi Herwibowo Yudhiono Aprianto Yurnaldi Yusri Fajar Yusuf Suharto Yuswan Taufiq Yuswinardi Zaenal Faudin Zainal Arifin Thoha Zamroni Allief Billah Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae