Senin, 28 Juni 2010

Puisi-Puisi Indra Tjahyadi

http://www.suarakarya-online.com/
KESENDIRIAN
- fransisca romana ninik

Kesendirian menguntit.
Kelam merangkak sepanjang jalan menjelma jembalang,
menghisap darah yang bertetesan dari jejak.
Dari kedua bola mataku rabun,
kesunyian meluncur bak burung
bersayap muram yang meledakkan mendung.
“Kesunyian itu, cintaku, adalah bulan memar menyoroti
malam-malamku dengan bara hitam yang diletupkan
ingatan tentangmu.”
Seluruh badai yang pernah dicurahkan
kini berpulang pada bisu.Maka iklim pun mencatat riwayatku
sebagai kesepian pohon,pohon yang dihidupkan jam-jam larut.
Ingin kupeluk tubuhmu,
tapi dalam kalbu hanya pahit,
hanya sakit menggerutup, menjalar di
segenap tulang dan nadiku.
“inikah duka, cintaku,
lagu yang tercipta dari
segenap perih dan airmata mengemuruh?”
Aku jasad murung. Dilupakan mazmur,
dihujati kubur.
Dalam hampa musim dan senyap tahun,
kesendirian menguntitku dengan
sebilah lengan terayun,
siap menujahkan parang ke dadaku.

2007-2008.



MAYAT TEGAK

Mayatku yang tegak ditabuhi rindu
berserah pada pilu.Jejak jejak mendung bergerak
ke arah murung lengkap-membusuk, diliuri belatung.
Aku pernah punya janji denganmu:
pipi muda halus gembul yang menggaungkan mazmur
di malam-malam tugur.Tapi di kota ini,
angin terlanjur berbalik arah. Dan janji yang pernah
terucap dalam setubuh tak lebih dari tahun-tahun
lewat yang tergeletak
tenang di dasar laut: lamat-lamat hanyut. Pudar.
Dalam debur ombak menabrak terumbu.Bila iklim dingin turun
membawa ingatan wajahmu jam di dinding kusam kamarku
akan berhenti berdetak,
lantas ruang pun
hanya tinggal diam dengan jendela-jendela terbuka menghadap
lengang jalan. Kiranya, akan kutinggal
perasaan segala perasaan! dekat perairan kelabu yang
memberikan segala kemungkinan bagi perih
bagi sunyi bagi puisiku.”Kini aku tak membutuhkan
apa-apa lagi, kasihku” Di sebuah rumah. Di sebuah pekuburan.
Di selatan pelabuhan, mayatku yang tegak ditabuhi rindu
hidup bagai patung, menatap waktu, menatap kengangaan.
Makin pekat. Makin lekat pada hancur.

2007-2008.



MAYAT PURBA

Dalam lengang mayatku yang purba
dikirab derita. Parade musim terjangak
memampangkan nyeri roh
tak berakherat. Kupenuhi angkasa dengan bulan,
dengan gerhana,
dengan kegelapan yang menerompetkan
kemasygulan. Aku mayat purba. Di segala rute,
di segala arah,
di segala perjalanan yang kutemukan
selalu hanya bayang-bayang mengerak.Maka bagiku tak ada
yang akan selamat dari segala senyap,
segala kesuntukan.
Di tanah tak bernama,
aku menjelma kilau suar, menakwilkan requim termuram.
Ah sulur-sulur hujan yang pahit-menikam adalah
rasa sakitku yang bergerai-gersang,
senantiasa ditiupi angin dan kemilau
gemintang. Aku mayat purba. Kejahatanku garang, mengibarkan
bendera hitam kematian. Lantas maut dalam hidup pun
bertumbuhan di kepalaku penuh uban.
Di semesta hampa, nafasku hilang rupa,
jasadku tertidur pulas dalam buai peluk sekarat.
O aku berjalan balik arah bak doa-doa rabun yang dilepaskan
daun dan rerontokan. Aku mayat purba.
Mimpiku berlambang tengkorak
berwarna kemerahan. Sajakku perih sepekat darah.
Sukmaku kekal terdampar di kerak Neraka.
Terus menggeram. Terus menembaki kekosongan.

2007-2008.



BENDERA DUKACITA

Malam yang menghijau,
lebih hijau ketimbang bayangan.
Ranjang yang ditinggalkan kenangan
membersitkan ledakan. Dalam rasa lapar dan kesunyian,
tapak kakiku menjejak jarak dan keperihan. Abad-abad runyam
menggerongsongkan kesumat.
Bersama waktu dan ketiadaan,
arwahku yang bisu berjalan menuju langit. Murung. Sendiri.
Mengilaukan kegelapan. Bayang-bayangku menjelma burung raib,
lebih gaib ketimbang ingatan. Seteguk jeda tak bersudahan
mendesakkan sihir arus bawah air kematian.
Penampakanku menjelma pekik,
sepanjang lorong muram kerinduan,
gentayangan, menjelma jembalang, menjadi dendam.
“Ah, payudaramu yang remaja, sayang,
kusimpan rapih dalam benak,
kujilati dalam sajak.”
Dari derita ke derita
kuacungkan sebilah parang.
Gempa dan gema kuciptakan dari sembarang sekarat.
Dari segala kiamat. Igauanku tumbuh bersama luka.
Bersama derita. Kuubah segala bunyi jadi batu.
Jadi diam berpanjangan.
Kurumpangkan pohon. Kukangkangi kepedihan.
Sekelebat detak jam meluncur di atapatap rumah,
memisuhkan keheningan.
Mula dari seluruh takjub dan kesepian
mengelebatkan halilintar. Lewat sekutip nyawa
yang dilalaikan Sorga kurontokkan bebintang.
Di dasar jejurang kelam sosokku sirna.
Pudar bagai kenangan.
Kekal mengibarkan bendera dukacita.

2007-2008.

Tidak ada komentar:

A. Mustofa Bisri A'yat Khalili Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Wachid B.S. Abi N. Bayan Abidah El Khalieqy Acep Syahril Acep Zamzam Noor Adi Toha Adrian Balu AF Denar Daniar Afrizal Malna Agus Manaji Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Maltuf Syamsury Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Ala Roa Aldika Restu Pramuli Alfatihatus Sholihatunnisa Alfiyan Harfi Ali Makhmud Ali Subhan Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Andry Deblenk Anggie Melianna Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Aprinus Salam Ariandalu S Arieyoko Ksmb Arya Winanda As Adi Muhammad Asep Sambodja Atrap S. Munir Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Badaruddin Amir Bakdi Sumanto Bambang Darto Bambang Kempling Bambang Widiatmoko Beni Setia Beno Siang Pamungkas Bernando J. Sudjibto Bernard S. Y. Batubara Binhad Nurrohmat Budhi Setyawan Budi Palopo Bustan Basir Maras Chairul Abhsar Chavchay Saifullah Cut Nanda A. D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Afriady Dadang Ari Murtono Daisy Priyanti Daysi Priyanti Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Desti Fatin Fauziyyah Dewi Kartika Dharmadi Diah Budiana Diah Hadaning Dian Hartati Didik Komaidi Dimas Arika Mihardja Djoko Saryono Dody Kristianto Dorothea Rosa Herliany Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Edy Lyrisacra Effendi Danata Eimond Esya Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Nuryono El Sahra Mahendra Ellie R. Noer Elly Trisnawati Emha Ainun Nadjib Endang Supriadi Endang Susanti Rustamadji Eny Rose Eppril Wulaningtyas R Esha Tegar Putra Esti Nuryani Kasam Etik Widya Evi Idawati Evi Melyati Evi Sefiani Evi Sukaesih Fadhila Ramadhona Fahmi Faqih Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fatimah Wahyu Sundari Fauzi Absal Felix K. Nesi Fikri MS Fina Sato Firman Wally Fitrah Anugerah Frischa Aswarini Gampang Prawoto Ghaffur Al-Faqqih Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Gunawan Maryanto Gunoto Saparie Gus tf Sakai Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hari Leo Haris del Hakim Hasan Al Banna Hasan Aspahani Hasta Indriyana Helga Worotitjan Heri Latief Heri Listianto Heri Maja Kelana Herlinatiens Hudan Hidayat Hudan Nur Ibnu Wahyudi Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilenk Rembulan Imam S Arizal Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santoso Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indrian Koto Isbedy Stiawan ZS Iwan Gunadi Javed Paul Syatha Jibna Sudiryo Johan Khoirul Zaman Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Saputro Jufri Zaituna Jusuf AN Kadek Wara Urwasi Kadjie Bitheng MM Kartika Kusworatri Kedung Darma Romansha Kika Syafii Kirana Kejora Kirdjomuljo Kurnia Effendi Kurniawan Junaedhie Kurniawan Yunianto Kusprihyanto Namma Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lailatul Muniroh Landung Rusyanto Simatupang Lela Siti Nurlaila Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Linus Suryadi AG Liza Wahyuninto Lubis Grafura Lutfi Mardiansyah M. Badrus Alwi M. Faizi Maghfur Munif Maghie Oktavia Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S. Mahayana Maqhia Nisima Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marwanto Mas Marco Kartodikromo Mashuri Mathori A. Elwa Matroni el-Moezany Maya Mustika K. Mega Vristian Miftahul Abrori Mohammad Yamin Muhammad Ali Fakih Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muntamah Cendani Mustiar AR Mustofa W Hasyim Mutia Sukma Nadjib Kartapati Z Nanang Suryadi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Noor Sam Nunung S. Sutrisno Nur Iswantara Nur Lodzi Hady Nur Wahida Idris Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Pariyo Adi Pringadi AS Pringgo HR Puisi-Puisi Indonesia Purwadmadi Admadipurwa Puspita Rose Putri Sarinande R. Toto Sugiharto Rachmat Djoko Pradopo Raedu Basha Ragil Suwarno Pragolapati Rakai Lukman Rama Prabu Ramadhan KH Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Ribut Wijoto Rikard Diku Robin Al Kautsar Rozi Kembara Rudi Hartono Rusydi Zamzami S Yoga Sahaya Santayana Saiful Bakri Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Selendang Sulaiman Seli Desmiarti Sigit Sugito Sihar Ramses Simatupang Siska Afriani Sitok Srengenge Sitor Situmorang Slamet Rahardjo Rais Slamet Widodo Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Harjanto Sahid Sri Jayantini Sri Setya Rahayu Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunardi KS Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutirman Eka Ardhana Syifa Aulia Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Ranusastra Asmara Teguh Triaton Tengsoe Tjahjono Tharie Rietha Thowaf Zuharon Timur Sinar Suprabana Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Ulfatin Ch Umbu landu Paranggi Unieq Awien Usman Arrumy W. Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Hidayat Wahyu Subuh Warih Wisatsana Wayan Sunarta Weni Suryandari Widi Astuti Wiji Thukul Winarni R. Y. Wibowo Yonathan Rahardjo Yosi M Giri Yudhi Herwibowo Yudhiono Aprianto Yurnaldi Yusri Fajar Yusuf Suharto Yuswan Taufiq Yuswinardi Zaenal Faudin Zainal Arifin Thoha Zamroni Allief Billah Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae