http://www.suarakarya-online.com/
KESENDIRIAN
- fransisca romana ninik
Kesendirian menguntit.
Kelam merangkak sepanjang jalan menjelma jembalang,
menghisap darah yang bertetesan dari jejak.
Dari kedua bola mataku rabun,
kesunyian meluncur bak burung
bersayap muram yang meledakkan mendung.
“Kesunyian itu, cintaku, adalah bulan memar menyoroti
malam-malamku dengan bara hitam yang diletupkan
ingatan tentangmu.”
Seluruh badai yang pernah dicurahkan
kini berpulang pada bisu.Maka iklim pun mencatat riwayatku
sebagai kesepian pohon,pohon yang dihidupkan jam-jam larut.
Ingin kupeluk tubuhmu,
tapi dalam kalbu hanya pahit,
hanya sakit menggerutup, menjalar di
segenap tulang dan nadiku.
“inikah duka, cintaku,
lagu yang tercipta dari
segenap perih dan airmata mengemuruh?”
Aku jasad murung. Dilupakan mazmur,
dihujati kubur.
Dalam hampa musim dan senyap tahun,
kesendirian menguntitku dengan
sebilah lengan terayun,
siap menujahkan parang ke dadaku.
2007-2008.
MAYAT TEGAK
Mayatku yang tegak ditabuhi rindu
berserah pada pilu.Jejak jejak mendung bergerak
ke arah murung lengkap-membusuk, diliuri belatung.
Aku pernah punya janji denganmu:
pipi muda halus gembul yang menggaungkan mazmur
di malam-malam tugur.Tapi di kota ini,
angin terlanjur berbalik arah. Dan janji yang pernah
terucap dalam setubuh tak lebih dari tahun-tahun
lewat yang tergeletak
tenang di dasar laut: lamat-lamat hanyut. Pudar.
Dalam debur ombak menabrak terumbu.Bila iklim dingin turun
membawa ingatan wajahmu jam di dinding kusam kamarku
akan berhenti berdetak,
lantas ruang pun
hanya tinggal diam dengan jendela-jendela terbuka menghadap
lengang jalan. Kiranya, akan kutinggal
perasaan segala perasaan! dekat perairan kelabu yang
memberikan segala kemungkinan bagi perih
bagi sunyi bagi puisiku.”Kini aku tak membutuhkan
apa-apa lagi, kasihku” Di sebuah rumah. Di sebuah pekuburan.
Di selatan pelabuhan, mayatku yang tegak ditabuhi rindu
hidup bagai patung, menatap waktu, menatap kengangaan.
Makin pekat. Makin lekat pada hancur.
2007-2008.
MAYAT PURBA
Dalam lengang mayatku yang purba
dikirab derita. Parade musim terjangak
memampangkan nyeri roh
tak berakherat. Kupenuhi angkasa dengan bulan,
dengan gerhana,
dengan kegelapan yang menerompetkan
kemasygulan. Aku mayat purba. Di segala rute,
di segala arah,
di segala perjalanan yang kutemukan
selalu hanya bayang-bayang mengerak.Maka bagiku tak ada
yang akan selamat dari segala senyap,
segala kesuntukan.
Di tanah tak bernama,
aku menjelma kilau suar, menakwilkan requim termuram.
Ah sulur-sulur hujan yang pahit-menikam adalah
rasa sakitku yang bergerai-gersang,
senantiasa ditiupi angin dan kemilau
gemintang. Aku mayat purba. Kejahatanku garang, mengibarkan
bendera hitam kematian. Lantas maut dalam hidup pun
bertumbuhan di kepalaku penuh uban.
Di semesta hampa, nafasku hilang rupa,
jasadku tertidur pulas dalam buai peluk sekarat.
O aku berjalan balik arah bak doa-doa rabun yang dilepaskan
daun dan rerontokan. Aku mayat purba.
Mimpiku berlambang tengkorak
berwarna kemerahan. Sajakku perih sepekat darah.
Sukmaku kekal terdampar di kerak Neraka.
Terus menggeram. Terus menembaki kekosongan.
2007-2008.
BENDERA DUKACITA
Malam yang menghijau,
lebih hijau ketimbang bayangan.
Ranjang yang ditinggalkan kenangan
membersitkan ledakan. Dalam rasa lapar dan kesunyian,
tapak kakiku menjejak jarak dan keperihan. Abad-abad runyam
menggerongsongkan kesumat.
Bersama waktu dan ketiadaan,
arwahku yang bisu berjalan menuju langit. Murung. Sendiri.
Mengilaukan kegelapan. Bayang-bayangku menjelma burung raib,
lebih gaib ketimbang ingatan. Seteguk jeda tak bersudahan
mendesakkan sihir arus bawah air kematian.
Penampakanku menjelma pekik,
sepanjang lorong muram kerinduan,
gentayangan, menjelma jembalang, menjadi dendam.
“Ah, payudaramu yang remaja, sayang,
kusimpan rapih dalam benak,
kujilati dalam sajak.”
Dari derita ke derita
kuacungkan sebilah parang.
Gempa dan gema kuciptakan dari sembarang sekarat.
Dari segala kiamat. Igauanku tumbuh bersama luka.
Bersama derita. Kuubah segala bunyi jadi batu.
Jadi diam berpanjangan.
Kurumpangkan pohon. Kukangkangi kepedihan.
Sekelebat detak jam meluncur di atapatap rumah,
memisuhkan keheningan.
Mula dari seluruh takjub dan kesepian
mengelebatkan halilintar. Lewat sekutip nyawa
yang dilalaikan Sorga kurontokkan bebintang.
Di dasar jejurang kelam sosokku sirna.
Pudar bagai kenangan.
Kekal mengibarkan bendera dukacita.
2007-2008.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A. Mustofa Bisri
A'yat Khalili
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Wachid B.S.
Abi N. Bayan
Abidah El Khalieqy
Acep Syahril
Acep Zamzam Noor
Adi Toha
Adrian Balu
AF Denar Daniar
Afrizal Malna
Agus Manaji
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Maltuf Syamsury
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Ala Roa
Aldika Restu Pramuli
Alfatihatus Sholihatunnisa
Alfiyan Harfi
Ali Makhmud
Ali Subhan
Amelia Rachman
Amie Williams
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Andry Deblenk
Anggie Melianna
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Aprinus Salam
Ariandalu S
Arieyoko Ksmb
Arya Winanda
As Adi Muhammad
Asep Sambodja
Atrap S. Munir
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Badaruddin Amir
Bakdi Sumanto
Bambang Darto
Bambang Kempling
Bambang Widiatmoko
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Bernando J. Sudjibto
Bernard S. Y. Batubara
Binhad Nurrohmat
Budhi Setyawan
Budi Palopo
Bustan Basir Maras
Chairul Abhsar
Chavchay Saifullah
Cut Nanda A.
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Afriady
Dadang Ari Murtono
Daisy Priyanti
Daysi Priyanti
Dea Anugrah
Dea Ayu Ragilia
Dedy Tri Riyadi
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Desti Fatin Fauziyyah
Dewi Kartika
Dharmadi
Diah Budiana
Diah Hadaning
Dian Hartati
Didik Komaidi
Dimas Arika Mihardja
Djoko Saryono
Dody Kristianto
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Edy Lyrisacra
Effendi Danata
Eimond Esya
Eka Budianta
Eko Hendri Saiful
Eko Nuryono
El Sahra Mahendra
Ellie R. Noer
Elly Trisnawati
Emha Ainun Nadjib
Endang Supriadi
Endang Susanti Rustamadji
Eny Rose
Eppril Wulaningtyas R
Esha Tegar Putra
Esti Nuryani Kasam
Etik Widya
Evi Idawati
Evi Melyati
Evi Sefiani
Evi Sukaesih
Fadhila Ramadhona
Fahmi Faqih
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Fikri MS
Fina Sato
Firman Wally
Fitrah Anugerah
Frischa Aswarini
Gampang Prawoto
Ghaffur Al-Faqqih
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gunawan Maryanto
Gunoto Saparie
Gus tf Sakai
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hari Leo
Haris del Hakim
Hasan Al Banna
Hasan Aspahani
Hasta Indriyana
Helga Worotitjan
Heri Latief
Heri Listianto
Heri Maja Kelana
Herlinatiens
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Ibnu Wahyudi
Ikarisma Kusmalina
Ike Ayuwandari
Ilenk Rembulan
Imam S Arizal
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santoso
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indrian Koto
Isbedy Stiawan ZS
Iwan Gunadi
Javed Paul Syatha
Jibna Sudiryo
Johan Khoirul Zaman
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Saputro
Jufri Zaituna
Jusuf AN
Kadek Wara Urwasi
Kadjie Bitheng MM
Kartika Kusworatri
Kedung Darma Romansha
Kika Syafii
Kirana Kejora
Kirdjomuljo
Kurnia Effendi
Kurniawan Junaedhie
Kurniawan Yunianto
Kusprihyanto Namma
Kuswaidi Syafi’ie
L.K. Ara
Lailatul Muniroh
Landung Rusyanto Simatupang
Lela Siti Nurlaila
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Linus Suryadi AG
Liza Wahyuninto
Lubis Grafura
Lutfi Mardiansyah
M. Badrus Alwi
M. Faizi
Maghfur Munif
Maghie Oktavia
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maman S. Mahayana
Maqhia Nisima
Marcellus Nur Basah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Marwanto
Mas Marco Kartodikromo
Mashuri
Mathori A. Elwa
Matroni el-Moezany
Maya Mustika K.
Mega Vristian
Miftahul Abrori
Mohammad Yamin
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muntamah Cendani
Mustiar AR
Mustofa W Hasyim
Mutia Sukma
Nadjib Kartapati Z
Nanang Suryadi
Nezar Patria
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Noor Sam
Nunung S. Sutrisno
Nur Iswantara
Nur Lodzi Hady
Nur Wahida Idris
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Pariyo Adi
Pringadi AS
Pringgo HR
Puisi-Puisi Indonesia
Purwadmadi Admadipurwa
Puspita Rose
Putri Sarinande
R. Toto Sugiharto
Rachmat Djoko Pradopo
Raedu Basha
Ragil Suwarno Pragolapati
Rakai Lukman
Rama Prabu
Ramadhan KH
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Ribut Wijoto
Rikard Diku
Robin Al Kautsar
Rozi Kembara
Rudi Hartono
Rusydi Zamzami
S Yoga
Sahaya Santayana
Saiful Bakri
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Selendang Sulaiman
Seli Desmiarti
Sigit Sugito
Sihar Ramses Simatupang
Siska Afriani
Sitok Srengenge
Sitor Situmorang
Slamet Rahardjo Rais
Slamet Widodo
Sosiawan Leak
Sreismitha Wungkul
Sri Harjanto Sahid
Sri Jayantini
Sri Setya Rahayu
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sumargono SN
Suminto A. Sayuti
Sunardi KS
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Sutirman Eka Ardhana
Syifa Aulia
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Triaton
Tengsoe Tjahjono
Tharie Rietha
Thowaf Zuharon
Timur Sinar Suprabana
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Ulfatin Ch
Umbu landu Paranggi
Unieq Awien
Usman Arrumy
W. Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Hidayat
Wahyu Subuh
Warih Wisatsana
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Widi Astuti
Wiji Thukul
Winarni R.
Y. Wibowo
Yonathan Rahardjo
Yosi M Giri
Yudhi Herwibowo
Yudhiono Aprianto
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Yuswan Taufiq
Yuswinardi
Zaenal Faudin
Zainal Arifin Thoha
Zamroni Allief Billah
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar