Senin, 13 September 2010

Puisi-Puisi Salman Rusydie Anwar

http://www.sastra-indonesia.com/
Tunas-Tunas
-santrihamasy

karena perihmu masih membelit akar pohonan
kubiarkan tanah ini menyerap lukanya
di langit mungkin matahari selalu muncul dari rasa gelisah,
takut dan kecemasan yang tak pernah selesai

sementara batu-batu itu masih menyimpan
gemuruh laut, tempatmu berjanji menautkan keinginan
pada lempengan waktu yang mengombak
dalam doaku

mesti kita kejar bintang itu
dan membiarkan cahayanya memintal sendiri
di dalam kegelapan yang menyayat sejarah air mata

atau biarkan saja kita tenggelam
sambil terus meneriakkan mimpi
untuk meredakan gelombang
dari sebuah jeruji malam yang begitu panjang

2006-2008



Menyentuh Langit Cintamu

seberapa tajam cadas yang hendak merobekku
saat Kau memberi ruang tunggu begitu lama

di sini, waktu menjadi jurang
tempat menampung segala gundah
berpintalan sebelum akhirnya pecah dalam darah

aku ingin pulang
pada asap yang mengalir dari rindu-Mu
membiarkan angin mengusung mautku
yang akan kembali menyala saat langit cinta-Mu berhasil kusentuh
dengan jemari air mata

mungkin juga guntur akan segera tumbuh
pada lipatan doa yang membias dari ketinggian harapku
namun siapa yang berani mengganti
kerinduanku pada serak nafas-Mu
yang kau kirim jauh sebelum aku lahir
dari garba ibu?

kunyalakan lilin pada sela-sela tulang rusukku
membiarkan seluruh darah daging mendidih
mematangkan rindu cinta dan air mata
lewat doa yang bergelantungan di ranting-ranting
malam panjangku

sujudku barangkali hanya sebatas diam
menampung keluh kesah yang Kau kirim
dalam selembar rindu yang mabuk oleh jumpa paling jeram

2007-2009



Jembatan Kecemasan

Di dadaku, jurang menepis hadir-Mu yang laut

Sebab aku lahir dari sedih yang baka
Maka tak ada kerinduan paling batu
Selain menjumpai-Mu dalam seluruh air mata

Hadirlah sesekali lewat senja
Yang selalu mengubur terik lukaku

Di perigi kenangan yang hampir rapuh
Aku masih memiliki kesempatan bertukar raga
Bawalah padaku sajak-sajak yang Kau penggal
Dengan geram gelombang
Biarkan darahnya menjelma kata
Sebelum jatuh basahnya di lambung cuaca

Meski jarak dariku kepada-Mu
Membilang renggang
Namun masih ada lukisan telanjang-Mu di mataku
Yang siap menggiring hadir-Mu
Kepadaku, utuh tanpa seutas penghalang

2008



Garba Usia

ia menyergapku dari udara
tepat ketika hujan menurunkan lendirnya
keceruk bata
dan aku, terlanjur berjanji untuk setia
pada langit lentur di rahim ibu
yang purba
sependar cahaya masih berkembang
melajukan getah getirku kegigir ruang
akupun terlupa, kapan kita bisa kembali mengulang
erang panjang
diranjang kerang
tubuhku meski masih sekokoh akasia
menanti-Mu membawa sarang-sarang usia
kita bertelur
sesudah bertegur
lalu melebur
sebelum sulur
memapah umur
ke sumur kubur

2006-2008



Percakapan

Pada malam Jum’at Kliwon yang sepi
Aku didatangi Malaikat yang penuh nyali
Ia mengajakku, menjumpai orang tua yang sudah lama sekali pergi
Dan sepertinya aku kenal orang tua itu
Jauh di masa-masa yang silam

“Kuantar manusia dekil ini menghadapmu,” kata Malaikat tanpa ragu
“Untuk apa kau bersusah payah melakukan itu?” tanya orang tua itu tak kalah ragu
“Agar kau ajari dia menulis puisi.”
“Mengapa harus diajari menulis puisi?”
“Supaya dia tahu diri.”
“Apakah dia tidak tahu diri?”
“Sangat tidak tahu diri.”
“Dari mana kau tahu?”
“Karena dia tidak bisa menulis puisi.”
“Apakah setiap orang yang bisa menulis puisi sudah pasti tahu diri?”
“Bisa ya, tetapi juga bisa tidak.”
“Kau lebih cenderung kemana, Malaikat, diantara dua kemungkinan itu?”
“Cenderung ke ya.”
“Artinya, setiap yang bisa menulis puisi sudah pasti ia manusia yang tahu diri?”
Malaikat itu mengangguk. Dan tiap-tiap anggukan kepalanya menyebabkan bumi bergoyang, angin-angin bertiup kencang.
“Kalau aku cenderung ke tidak, apa reaksimu Malaikat?”
“Terpaksa.”
“Terpaksa apa?”
“Terpaksa aku akan membawamu serta.”
“Kemana?”
“Ke sebuah tempat.”
“Sebuah tempat. Tempat apakah?”
“Tempat yang didiami oleh orang-orang yang selalu gagal menulis puisi.”
“Kenapa harus selalu gagal?”
“Karena kalau tidak selalu gagal, mereka tidak akan tahu cara terbaik untuk belajar.”
“Dimanakah tempat itu berada, Malaikat?”
“Diamlah! Kita sudah sampai dan ada di dalam tempat yang kumaksud itu.”*

*tempat yang dimaksud adalah markas Pondok Pesantren Mahasiswa Hasyim Asy’arie

2010.

*) dari buku Antologi Puisi “Mazhab Kutub” terbitan PUstaka puJAngga 2010.

Tidak ada komentar:

A. Mustofa Bisri A'yat Khalili Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Wachid B.S. Abi N. Bayan Abidah El Khalieqy Acep Syahril Acep Zamzam Noor Adi Toha Adrian Balu AF Denar Daniar Afrizal Malna Agus Manaji Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Maltuf Syamsury Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Ala Roa Aldika Restu Pramuli Alfatihatus Sholihatunnisa Alfiyan Harfi Ali Makhmud Ali Subhan Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Andry Deblenk Anggie Melianna Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Aprinus Salam Ariandalu S Arieyoko Ksmb Arya Winanda As Adi Muhammad Asep Sambodja Atrap S. Munir Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Badaruddin Amir Bakdi Sumanto Bambang Darto Bambang Kempling Bambang Widiatmoko Beni Setia Beno Siang Pamungkas Bernando J. Sudjibto Bernard S. Y. Batubara Binhad Nurrohmat Budhi Setyawan Budi Palopo Bustan Basir Maras Chairul Abhsar Chavchay Saifullah Cut Nanda A. D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Afriady Dadang Ari Murtono Daisy Priyanti Daysi Priyanti Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Desti Fatin Fauziyyah Dewi Kartika Dharmadi Diah Budiana Diah Hadaning Dian Hartati Didik Komaidi Dimas Arika Mihardja Djoko Saryono Dody Kristianto Dorothea Rosa Herliany Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Edy Lyrisacra Effendi Danata Eimond Esya Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Nuryono El Sahra Mahendra Ellie R. Noer Elly Trisnawati Emha Ainun Nadjib Endang Supriadi Endang Susanti Rustamadji Eny Rose Eppril Wulaningtyas R Esha Tegar Putra Esti Nuryani Kasam Etik Widya Evi Idawati Evi Melyati Evi Sefiani Evi Sukaesih Fadhila Ramadhona Fahmi Faqih Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fatimah Wahyu Sundari Fauzi Absal Felix K. Nesi Fikri MS Fina Sato Firman Wally Fitrah Anugerah Frischa Aswarini Gampang Prawoto Ghaffur Al-Faqqih Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Gunawan Maryanto Gunoto Saparie Gus tf Sakai Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hari Leo Haris del Hakim Hasan Al Banna Hasan Aspahani Hasta Indriyana Helga Worotitjan Heri Latief Heri Listianto Heri Maja Kelana Herlinatiens Hudan Hidayat Hudan Nur Ibnu Wahyudi Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilenk Rembulan Imam S Arizal Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santoso Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indrian Koto Isbedy Stiawan ZS Iwan Gunadi Javed Paul Syatha Jibna Sudiryo Johan Khoirul Zaman Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Saputro Jufri Zaituna Jusuf AN Kadek Wara Urwasi Kadjie Bitheng MM Kartika Kusworatri Kedung Darma Romansha Kika Syafii Kirana Kejora Kirdjomuljo Kurnia Effendi Kurniawan Junaedhie Kurniawan Yunianto Kusprihyanto Namma Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lailatul Muniroh Landung Rusyanto Simatupang Lela Siti Nurlaila Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Linus Suryadi AG Liza Wahyuninto Lubis Grafura Lutfi Mardiansyah M. Badrus Alwi M. Faizi Maghfur Munif Maghie Oktavia Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S. Mahayana Maqhia Nisima Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marwanto Mas Marco Kartodikromo Mashuri Mathori A. Elwa Matroni el-Moezany Maya Mustika K. Mega Vristian Miftahul Abrori Mohammad Yamin Muhammad Ali Fakih Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muntamah Cendani Mustiar AR Mustofa W Hasyim Mutia Sukma Nadjib Kartapati Z Nanang Suryadi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Noor Sam Nunung S. Sutrisno Nur Iswantara Nur Lodzi Hady Nur Wahida Idris Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Pariyo Adi Pringadi AS Pringgo HR Puisi-Puisi Indonesia Purwadmadi Admadipurwa Puspita Rose Putri Sarinande R. Toto Sugiharto Rachmat Djoko Pradopo Raedu Basha Ragil Suwarno Pragolapati Rakai Lukman Rama Prabu Ramadhan KH Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Ribut Wijoto Rikard Diku Robin Al Kautsar Rozi Kembara Rudi Hartono Rusydi Zamzami S Yoga Sahaya Santayana Saiful Bakri Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Selendang Sulaiman Seli Desmiarti Sigit Sugito Sihar Ramses Simatupang Siska Afriani Sitok Srengenge Sitor Situmorang Slamet Rahardjo Rais Slamet Widodo Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Harjanto Sahid Sri Jayantini Sri Setya Rahayu Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunardi KS Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutirman Eka Ardhana Syifa Aulia Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Ranusastra Asmara Teguh Triaton Tengsoe Tjahjono Tharie Rietha Thowaf Zuharon Timur Sinar Suprabana Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Ulfatin Ch Umbu landu Paranggi Unieq Awien Usman Arrumy W. Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Hidayat Wahyu Subuh Warih Wisatsana Wayan Sunarta Weni Suryandari Widi Astuti Wiji Thukul Winarni R. Y. Wibowo Yonathan Rahardjo Yosi M Giri Yudhi Herwibowo Yudhiono Aprianto Yurnaldi Yusri Fajar Yusuf Suharto Yuswan Taufiq Yuswinardi Zaenal Faudin Zainal Arifin Thoha Zamroni Allief Billah Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae