Republika, 26 Sep 1999
Akulah yang Kau Panggil Malam itu
Akulah yang kau panggil malam itu, ketika hujan menderu?
Memang kulihat kau di sana, dengan payung di tangan.
Tapi apa yang di tangan kananmu?
Anak kita?
aku tak percaya:
Bukankah ia telah mati, pagi tadi?
Apa yang Akan Kau Katakan tentang
Mereka yang Mati Kemarin Malam
Apa yang akan kau katakan tentang mereka yang mati kemarin malam?Tolol?
Sia-sia? Atau kasihan keluarganya?Jangan begitu, kawan.Bukankah mereka mati
berjuang?Bukankah mati adalah resiko perjuangan?
Memang banyak resiko lain.
Misalnya mereka yang dikucilkan atau yang bekerja di ladang-ladang.
Tapi bagi yang memilih mati, ketimbang menyerah, haruslah dihormati.
Sebab itu hak.
Itu pilihan.
Dan tak semua orang berani mengambilnya.
Hanya mereka yang terpilih…
Kaum romantik cenderung bermain-main dengan kata dan perasaan mereka.
Bukan berarti mereka tidak berbuat.
Mereka berbuat tapi tidak pernah merubah keadaan.
Atau setidaknya, keadaan akan berubah dalam waktu yang sangat lama.
Sedemikian lama sehingga banyak orang tidak sabar.
Mereka tidak kuat lagi menunggu.
Dan yang tidak kuat lagi menunggu itu adalah anak-anak muda,
yang mati dan sendiri kemarin malam itu.
Mayat anak-anak muda yang mati dan sendiri kemarin malam itu,
ditemukan oleh pemulung yang sedang mengais-ngais rejeki,
walau miskin, pemulung ini masih memiliki hati nurani.
Dipanggilnya kawan-kawannya
untuk menguburkan mayat-mayat dengan luka yang dalam itu dengan layak.
Apa yang akan kau katakan tentang mereka yang mati kemarin malam?
Tolol? Sia-sia?
Tidak!
Mereka pergi dengan gembira.
Mereka pergi dengan kebanggaan terselip di dadanya.
Sementara kita yang tinggal sibuk berhitung dengan diri sendiri:
apakah saya berani?
apakah saya berani?
Maafkan Anakmu, Ibu
Kampung dunia kampung akhirat datang padaku silih berganti
aku ingin memilih salah satunya
maka kudekap dunia
”Dapat!” kataku
tapi ia berkelit menyeringai seperti anjing
Aku jadi takut
ingin kembali
tapi ke mana jalan asalku tadi?
Aku mungkin dari Timur
maka aku ke timur
tapi Timur menjauh
Mungkin kau dari barat
aku pun ke Barat
tapi di sana aku tak lihat apa-apa
hanya gumpalan daging tanpa jiwa
seperti anjing yang mati pagi tadi
Saat itu aku butuh ibu
tapi malu karena dulu pernah berkata:
tak butuh siapa-siapa
”Oh begitu rupanya!”
bisik ibu sambil senyum, sedih
”Tapi aku kan ibumu walau bagaimana kita pernah bersama.”
”Tidak!” kataku
”Mengapa?”
”Dulu mungkin tapi kini aku ingin sendiri mereguk dunia sepuasnya.”
Maka sore itu menjelang malam aku terkapar di trotoar sambil berbisik:
maafkan anakmu, ibu.
Maafkan Ayah, yang Tak Dapat
Membelikanmu Susu, Anakku
Maafkan ayah yang tak dapat membelikanmu susu,
anakku kau tahu kan,
kita tak ada uang
Tadi ayah ke tuan Hasan dan tuan Hasan berkata:
uang tak ada
perusahaan rugi melulukalian sih, tiada capai demonstrasi
Maafkan ayah yang tak dapat membelikanmu susu,
anakku karena barang-barang telah terjualhanya foto ibumu yang sisa
dan bila itu kita jual pula,
ke mana kita memandang,
bila datang sepi?
Dan sepi memang datang malam ini
Maka lihatlah:
seorang lelaki dewasa,
dengan anaknya,
bergumam lirih:
mama, mengapa tinggalkan kami.
Mati adalah Istirahat yang Panjang
Mati adalah istirahat yang panjang
suatu hari entah di mana kita kan mengalami
Seorang lelaki tua datang
janggutnya putih dan abu-abu
matanya tajam menembus kalbu
bibirnya tiada senyum tanpa bicara,
misalnya: sudah siap?
tapi langsung mencabut
macam pencuri mencabut ubi di halaman tetangga
dan kau tak sempat berkata:
tolong…tidak!
bahkan kau tak sempat berpikir akan hal-hal lain
Mati adalah istirahat yang panjang
tiba-tiba kau ada di alam sana
Man Robbuka,
katanya Apa?
Man tetangga saya?
Dia sih telah mati pagi tadi
Tapi tentu itu hanya khayalmu
Sebab lihatlah:
otak mata lidah tangan dan kakimu telah bicara tanpa terduga
Man Robbuka?
Ampun…
Saya tak kenal sebab kaki saya selalu ke kiri
Maka palu jatuh di atas kepala selamanya.
Seorang Anak Mencari Ibunya
Seorang anak mencari ibunya.
Ibu, kata anak itu, di mana kamu?
Malam berpacu.
Angin dingin.
Kabut bekuasa.
Agak berjauhan,
di balik bilik,
dengan bir di tangan,
anak ibu itu mengangkang:
Mari arungi dunia, bersama dusta.
Satu setan melayang, bersama angin.
Menjatuhkan kabar ke anak itu,
di mana gerangan sang ibu.
Anak itu beringsut.
Hatinya menyala.
Tangannya menggenggam belati.
Ia berjalan.
Ia terus berjalan.
Jalan sepi.
Sepi sendiri, memancing dalam hati.
Lalu, dengan paksa, pintu terbuka:
Wanita dan lelaki bugil itu, di puncak nafsu, mendengus takut.
Meraih selimut.
Anakku…
Ibu…
Anu, ayahmu…
Aku mengerti.
Kalem, kata anak itu,
membenamkan belati, berkali-kali.
Seorang Prajurit Berkata pada
Pistolnya
Seorang prajurit berkata pada pistolnya.
”Kita jangan tembak orang lagi, tol.”
Pistol menjawab:
”Mengapa? Bukankah enak melihat mereka meregang nyawa?”
”Ya, tapi saya sudah tak yakin lagi, apa benar orang yang kita tembak itu,
bersalah.”
”Mengapa jadi ragu-ragu begitu? Pilihannya dia atau kita!”
”Ya. Tapi, tak tahulah. Aku masih juga tak enak. Seperti diburu-buru.”
”Barangkali kau hanya butuh istirahat.
Barangkali kau telah terlalu banyak menarikku.
Sekarang biarkan aku menarik diriku sendiri.”
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A. Mustofa Bisri
A'yat Khalili
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Wachid B.S.
Abi N. Bayan
Abidah El Khalieqy
Acep Syahril
Acep Zamzam Noor
Adi Toha
Adrian Balu
AF Denar Daniar
Afrizal Malna
Agus Manaji
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Maltuf Syamsury
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Ala Roa
Aldika Restu Pramuli
Alfatihatus Sholihatunnisa
Alfiyan Harfi
Ali Makhmud
Ali Subhan
Amelia Rachman
Amie Williams
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Andry Deblenk
Anggie Melianna
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Aprinus Salam
Ariandalu S
Arieyoko Ksmb
Arya Winanda
As Adi Muhammad
Asep Sambodja
Atrap S. Munir
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Badaruddin Amir
Bakdi Sumanto
Bambang Darto
Bambang Kempling
Bambang Widiatmoko
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Bernando J. Sudjibto
Bernard S. Y. Batubara
Binhad Nurrohmat
Budhi Setyawan
Budi Palopo
Bustan Basir Maras
Chairul Abhsar
Chavchay Saifullah
Cut Nanda A.
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Afriady
Dadang Ari Murtono
Daisy Priyanti
Daysi Priyanti
Dea Anugrah
Dea Ayu Ragilia
Dedy Tri Riyadi
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Desti Fatin Fauziyyah
Dewi Kartika
Dharmadi
Diah Budiana
Diah Hadaning
Dian Hartati
Didik Komaidi
Dimas Arika Mihardja
Djoko Saryono
Dody Kristianto
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Edy Lyrisacra
Effendi Danata
Eimond Esya
Eka Budianta
Eko Hendri Saiful
Eko Nuryono
El Sahra Mahendra
Ellie R. Noer
Elly Trisnawati
Emha Ainun Nadjib
Endang Supriadi
Endang Susanti Rustamadji
Eny Rose
Eppril Wulaningtyas R
Esha Tegar Putra
Esti Nuryani Kasam
Etik Widya
Evi Idawati
Evi Melyati
Evi Sefiani
Evi Sukaesih
Fadhila Ramadhona
Fahmi Faqih
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Fikri MS
Fina Sato
Firman Wally
Fitrah Anugerah
Frischa Aswarini
Gampang Prawoto
Ghaffur Al-Faqqih
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gunawan Maryanto
Gunoto Saparie
Gus tf Sakai
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hari Leo
Haris del Hakim
Hasan Al Banna
Hasan Aspahani
Hasta Indriyana
Helga Worotitjan
Heri Latief
Heri Listianto
Heri Maja Kelana
Herlinatiens
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Ibnu Wahyudi
Ikarisma Kusmalina
Ike Ayuwandari
Ilenk Rembulan
Imam S Arizal
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santoso
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indrian Koto
Isbedy Stiawan ZS
Iwan Gunadi
Javed Paul Syatha
Jibna Sudiryo
Johan Khoirul Zaman
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Saputro
Jufri Zaituna
Jusuf AN
Kadek Wara Urwasi
Kadjie Bitheng MM
Kartika Kusworatri
Kedung Darma Romansha
Kika Syafii
Kirana Kejora
Kirdjomuljo
Kurnia Effendi
Kurniawan Junaedhie
Kurniawan Yunianto
Kusprihyanto Namma
Kuswaidi Syafi’ie
L.K. Ara
Lailatul Muniroh
Landung Rusyanto Simatupang
Lela Siti Nurlaila
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Linus Suryadi AG
Liza Wahyuninto
Lubis Grafura
Lutfi Mardiansyah
M. Badrus Alwi
M. Faizi
Maghfur Munif
Maghie Oktavia
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maman S. Mahayana
Maqhia Nisima
Marcellus Nur Basah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Marwanto
Mas Marco Kartodikromo
Mashuri
Mathori A. Elwa
Matroni el-Moezany
Maya Mustika K.
Mega Vristian
Miftahul Abrori
Mohammad Yamin
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muntamah Cendani
Mustiar AR
Mustofa W Hasyim
Mutia Sukma
Nadjib Kartapati Z
Nanang Suryadi
Nezar Patria
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Noor Sam
Nunung S. Sutrisno
Nur Iswantara
Nur Lodzi Hady
Nur Wahida Idris
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Pariyo Adi
Pringadi AS
Pringgo HR
Puisi-Puisi Indonesia
Purwadmadi Admadipurwa
Puspita Rose
Putri Sarinande
R. Toto Sugiharto
Rachmat Djoko Pradopo
Raedu Basha
Ragil Suwarno Pragolapati
Rakai Lukman
Rama Prabu
Ramadhan KH
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Ribut Wijoto
Rikard Diku
Robin Al Kautsar
Rozi Kembara
Rudi Hartono
Rusydi Zamzami
S Yoga
Sahaya Santayana
Saiful Bakri
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Selendang Sulaiman
Seli Desmiarti
Sigit Sugito
Sihar Ramses Simatupang
Siska Afriani
Sitok Srengenge
Sitor Situmorang
Slamet Rahardjo Rais
Slamet Widodo
Sosiawan Leak
Sreismitha Wungkul
Sri Harjanto Sahid
Sri Jayantini
Sri Setya Rahayu
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sumargono SN
Suminto A. Sayuti
Sunardi KS
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Sutirman Eka Ardhana
Syifa Aulia
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Triaton
Tengsoe Tjahjono
Tharie Rietha
Thowaf Zuharon
Timur Sinar Suprabana
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Ulfatin Ch
Umbu landu Paranggi
Unieq Awien
Usman Arrumy
W. Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Hidayat
Wahyu Subuh
Warih Wisatsana
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Widi Astuti
Wiji Thukul
Winarni R.
Y. Wibowo
Yonathan Rahardjo
Yosi M Giri
Yudhi Herwibowo
Yudhiono Aprianto
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Yuswan Taufiq
Yuswinardi
Zaenal Faudin
Zainal Arifin Thoha
Zamroni Allief Billah
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar