Sabtu, 15 Desember 2012

Tragedi Karna

Andry Deblenk

(1)
Merambat tank Karna
menyisir perbukitan Kurusetra
melewati dengkur burung hantu.

Sombong derap laju
mengaum gusar
menuju padang
menuju tanah lapang
menjemput kemenangan harapnya.

Di pagi itu
matahari mangabar gelisah
rapuh dedaunan terbakar amarah
Karna,
terlihat perkasa dengan seragam militer
sepatu boatnya mengkilap
M16 terpajang di pundak
revolver di pinggang kiri kanan
juga helm,
kaca mata hitam,
rompi anti peluru,
mortir,
kian lejitkan reputasi

(2)
Hari ke tujuh belas ini
perang teramat istimewa
sebab Karna
sebab Arjuna
meramu benci dalam gelora.

Karna berapi
matanya seperti matahari lapar
”Bawa aku ke Arjuna paman!”
Perintah Karna
perlahan kemudi Salya
mengarah pada tank Arjuna.

”Lihat kinerja Arjuna”
”Ya, aku melihatnya paman”
”Betapa ganas bukan?
Ia memang prajurit jempolan
dengar saja desing pistolnya?
mendebarkan,
seperti teriakan malaikat
mengundang kematian.”
Puji Salya.

”Aku tak gentar!
Kenapa kau ini?”
”Aku hanya mengapresiasi,
sebab dalam sejarahnya,
musuh terhebat pun
takkan lepas dari pelatuknya.”

Karna terdiam
sorot matanya merupa api.

”Aku hanya menjalankan darma,
sebagai prajurit pilihan paman.”
”Aku mengerti anakku,
tapi lihatlah gairahnya?
Seperti Ramboo bukan?”

”Aku tak peduli kinerjanya.”
”Jangan menutup mata anakku”
”Tidak!
Aku hanya menjalankan perintah.”

Matahari membakar gelisah
desis angin manunda resah.

”Wow, luar biasa!
Cermatilah, lima prajurit tewas seketika.”
“Ah, saya juga bisa paman.”
“Benarkah?”
”Jangan rusak konsentrasiku dengan statementmu”
”Apa kau gentar panglima?”
”Gentar? Bukan Karna namanya.”

Karna menatap penuh dendam
teringat harga dirinya
pada ejekan Arjuna.

(3)
Jam sebelas siang
angin bertiup malas
matahari tampak sombong
mengumbar terik pada siapa saja
tank Karna
tank Arjuna
melangkah cuek
melewati asap pekat
melalui mayat berserak.

Tank mereka bersua kini
seperti tatap muka dua monster
keduanya menyeringai
buas beringas.

Angin berhenti seketika,
matahari malu sembunyi.

Medan perang
menunggu hujan menyapa
menyiram bara perang
menyapu darah yang dibuang cuma-cuma
pepohonan kini menjelma arang.

Kurusetra merupa neraka
memuntahkan amarah
pada tendensi kekuasaan
perang,
membawa gairah
mencipta resah.

(4)
Di garda depan
Arjuna menarik pelatuk pistolnya
pelurunya muntah ke angkasa
desingnya mengabar kematian.

Karna membalas
revolvernya angkat bicara
pertanda perang tunaikan nafsunya.

Sekejap kemudian,
baku tembak tak terelak
menggaris ngilu di ujung haru:

Arjuna
Karna
Karna
Arjuna
saling menembak, berkelit dan menghindar.

(5)
Menjelang ashar
peluru Karna lapar
menyambar pistol Arjuna

”Lihat paman!”
Karna sesumbar
Salya terdiam berdebar.

”Itu baru perkenalan.”
”Ah, itu keberuntungan.”
”Beruntung katamu Presiden Madra?”
”Ini belum akhir perang, anakku.”
”Lalu seperti apa harapmu?”
”Perang hanya menyisakan satu jagoan.”
”itu teorinya, tapi lihat prosesnya?”

Matahari malu cahayanya
angin enggan menyibak daun-daun
Salya terdiam
gemetar risaunya terhampar.

(6)
Jam empat sore
matahari semakin malu menyala
angin enggan menyibak dedaunan
roda kiri tank Karna
pecah secara tiba-tiba
sudah uzur barangkali
atau teknisinya kurang cakap, mungkin.

Sekonyong Karna lengah
tak sadar ia akan peluru lapar,
menyambar
kaliber 50 menembus kepalanya
tubuh Karna terhempas
terjerembab di tanah keras.

Matahari tampakkan nyali
sebab kini ia bersaksi
seorang pejuang tak berkutik
lemah dimangsa perang.

Angin yang semilir
seolah ikut termenung
mengurai deras air mata.

(7)
Malam berdendang
di medan perang
di antara tumpukan mayat-mayat
ada banyak nyawa teregang
berkelojotan
mengumpat kenyataan.

Seorang perempuan tua
menangis sesenggukan
memeluk jasad tak bernyawa.

Angin bertiup kencang
menyapa sinis keadaan
salak anjing dan serigala
segera menanda pesta pora.

Sesosok tubuh
menghampiri perempuan itu
penuh tanya
sarat teka-teki,
ia terperangah
ada halilintar menghentak dadanya.

(8)
Malam kian larut
rembulan tersenyum
menyapa siapa saja,
angin bertiup sederhana
lembut menjamah dedaunan.

Tersedu tangis Nalibrata
teringat ia pada dosa
perlahan,
basah mata menatap masa lalu
mencumbu kenangannya.

***

Diremang malam
ditemani sepasang lilin
seorang putri jelita
sibuk menjajal anugerah
hadiah Durwasa
orang sakti bertitle profesor.

Duduk bersila
tangan Nalibrata menengadah
bibir mungil menari manja
merapal Adityaredaya.

Sontak tubuh menggigil
angin berhembus kencang
pepohonan menari penuh gairah.

Sedetik kemudian,
cahaya merupa matahari
menghampiri,
memeluk tubuh sintal Nalibrata
perbincangan pun terjadi
diakhir perjumpaan
cahaya itu memberi anugerah
meski Nalibrata tak menghendaki.

Nalibrata,
bermuka gelisah
sebab lambat laun
perut kian membuncit
tubuh pun menambun.

Perempuan itu terdiam
menangis?
Bukan solusi rupanya
aborsi?
Bukanlah metode bijaksana
ia tak kuasa menolak takdirnya.

Sembilan bulan kemudian,
Nalibrata melahirkan rembulan
Karna namanya
lelaki mungil lugu
bola matanya seterang Surya.

Pecah tangis Nalibrata
bersemi pula gusarnya
demi norma
demi negara
Nalibrata hanyutkan bayinya
di arus sungai Aswa.

***

(9)
Rembulan mengejek nyinyir,
desir angin tertawa miris
Nalibrata mengelus dinding istana
dadanya bergemuruh
inginnya melumat cakrawala
menyirami Kurusetra dengan air mata.

Siapa bersalah?
Siapa pemenang?
Nalibrata menghela nafas
Terlampau berat.

Ponorogo, 2012
Dijumput dari:  http://sastra-indonesia.com/2012/12/tragedi-karna/

Tidak ada komentar:

A. Mustofa Bisri A'yat Khalili Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Wachid B.S. Abi N. Bayan Abidah El Khalieqy Acep Syahril Acep Zamzam Noor Adi Toha Adrian Balu AF Denar Daniar Afrizal Malna Agus Manaji Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Maltuf Syamsury Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Ala Roa Aldika Restu Pramuli Alfatihatus Sholihatunnisa Alfiyan Harfi Ali Makhmud Ali Subhan Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Andry Deblenk Anggie Melianna Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Aprinus Salam Ariandalu S Arieyoko Ksmb Arya Winanda As Adi Muhammad Asep Sambodja Atrap S. Munir Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Badaruddin Amir Bakdi Sumanto Bambang Darto Bambang Kempling Bambang Widiatmoko Beni Setia Beno Siang Pamungkas Bernando J. Sudjibto Bernard S. Y. Batubara Binhad Nurrohmat Budhi Setyawan Budi Palopo Bustan Basir Maras Chairul Abhsar Chavchay Saifullah Cut Nanda A. D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Afriady Dadang Ari Murtono Daisy Priyanti Daysi Priyanti Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Desti Fatin Fauziyyah Dewi Kartika Dharmadi Diah Budiana Diah Hadaning Dian Hartati Didik Komaidi Dimas Arika Mihardja Djoko Saryono Dody Kristianto Dorothea Rosa Herliany Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Edy Lyrisacra Effendi Danata Eimond Esya Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Nuryono El Sahra Mahendra Ellie R. Noer Elly Trisnawati Emha Ainun Nadjib Endang Supriadi Endang Susanti Rustamadji Eny Rose Eppril Wulaningtyas R Esha Tegar Putra Esti Nuryani Kasam Etik Widya Evi Idawati Evi Melyati Evi Sefiani Evi Sukaesih Fadhila Ramadhona Fahmi Faqih Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fatimah Wahyu Sundari Fauzi Absal Felix K. Nesi Fikri MS Fina Sato Firman Wally Fitrah Anugerah Frischa Aswarini Gampang Prawoto Ghaffur Al-Faqqih Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Gunawan Maryanto Gunoto Saparie Gus tf Sakai Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hari Leo Haris del Hakim Hasan Al Banna Hasan Aspahani Hasta Indriyana Helga Worotitjan Heri Latief Heri Listianto Heri Maja Kelana Herlinatiens Hudan Hidayat Hudan Nur Ibnu Wahyudi Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilenk Rembulan Imam S Arizal Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santoso Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indrian Koto Isbedy Stiawan ZS Iwan Gunadi Javed Paul Syatha Jibna Sudiryo Johan Khoirul Zaman Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Saputro Jufri Zaituna Jusuf AN Kadek Wara Urwasi Kadjie Bitheng MM Kartika Kusworatri Kedung Darma Romansha Kika Syafii Kirana Kejora Kirdjomuljo Kurnia Effendi Kurniawan Junaedhie Kurniawan Yunianto Kusprihyanto Namma Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lailatul Muniroh Landung Rusyanto Simatupang Lela Siti Nurlaila Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Linus Suryadi AG Liza Wahyuninto Lubis Grafura Lutfi Mardiansyah M. Badrus Alwi M. Faizi Maghfur Munif Maghie Oktavia Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S. Mahayana Maqhia Nisima Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marwanto Mas Marco Kartodikromo Mashuri Mathori A. Elwa Matroni el-Moezany Maya Mustika K. Mega Vristian Miftahul Abrori Mohammad Yamin Muhammad Ali Fakih Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muntamah Cendani Mustiar AR Mustofa W Hasyim Mutia Sukma Nadjib Kartapati Z Nanang Suryadi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Noor Sam Nunung S. Sutrisno Nur Iswantara Nur Lodzi Hady Nur Wahida Idris Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Pariyo Adi Pringadi AS Pringgo HR Puisi-Puisi Indonesia Purwadmadi Admadipurwa Puspita Rose Putri Sarinande R. Toto Sugiharto Rachmat Djoko Pradopo Raedu Basha Ragil Suwarno Pragolapati Rakai Lukman Rama Prabu Ramadhan KH Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Ribut Wijoto Rikard Diku Robin Al Kautsar Rozi Kembara Rudi Hartono Rusydi Zamzami S Yoga Sahaya Santayana Saiful Bakri Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Selendang Sulaiman Seli Desmiarti Sigit Sugito Sihar Ramses Simatupang Siska Afriani Sitok Srengenge Sitor Situmorang Slamet Rahardjo Rais Slamet Widodo Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Harjanto Sahid Sri Jayantini Sri Setya Rahayu Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunardi KS Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutirman Eka Ardhana Syifa Aulia Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Ranusastra Asmara Teguh Triaton Tengsoe Tjahjono Tharie Rietha Thowaf Zuharon Timur Sinar Suprabana Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Ulfatin Ch Umbu landu Paranggi Unieq Awien Usman Arrumy W. Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Hidayat Wahyu Subuh Warih Wisatsana Wayan Sunarta Weni Suryandari Widi Astuti Wiji Thukul Winarni R. Y. Wibowo Yonathan Rahardjo Yosi M Giri Yudhi Herwibowo Yudhiono Aprianto Yurnaldi Yusri Fajar Yusuf Suharto Yuswan Taufiq Yuswinardi Zaenal Faudin Zainal Arifin Thoha Zamroni Allief Billah Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae